Selasa, 07 Juni 2011

Pengguna Telekomunikasi Desak Penurunan Tarif

Kelompok pengguna layanan telekomunikasi internasional mendorong penurunan biaya roaming baik untuk layanan data maupun panggilan di seluruh negara hingga ke level yang kompetitif.

Ini merupakan langkah yang disepakati bersama pada ajang INTUG Summit di Hong Kong, di mana Indonesia diwakili oleh Indonesia Telecommunication User Group (IDTUG).

“IDTUG berkewajiban menyukseskan program INTUG, termasuk mendorong penurunan biaya roaming hingga ke level yang tidak berbeda dengan pengguna non-roaming,” sebut Nurul Yakin Setyabudi, Ketua Umum IDTUG.

Menurut pandangan IDTUG, saat ini biaya roaming internasional sangat mahal bila dibandingkan dengan pengguna lokal baik untuk voice call ataupun untuk data.

Sebagai informasi, di Indonesia, tarif roaming internasional flat sudah mulai diperkenalkan oleh beberapa operator telekomunikasi, seperti tarif roaming pada layanan data BlackBerry. Akan tetapi, tarif roaming internasional secara flat untuk layanan suara atau voice belum tersedia.

Sejauh ini, IDTUG memandang tarif roaming internasional yang disediakan oleh sejumlah operator juga perlu dicermati. Selain masih cukup tinggi, para operator juga masih tidak transparan dan tidak konsisten. Ada yang sudah rendah, namun ada yang masih tinggi.

“Secara prinsip, kami berpendapat, semestinya tarif roaming yang dikenakan operator terhadap konsumen menunjukkan tren terus menurun,” kata Nurul. “Sebab, tarif roaming sejatinya dikenakan operator untuk menutupi pinjaman dan biaya investasi infrastruktur jaringan yang sudah mereka keluarkan,” ucapnya.

Oleh karena itu, kata Nurul, jika biaya investasi ini sudah tertutup atau mencapai titik impas, semestinya biaya roaming ikut turun. “Artinya, biaya roaming yang dikenakan ke konsumen menjadi sekadar untuk menanggung biaya operasional infrastruktur jaringan, bukan lagi ditambah marjin keuntungan,” ucapnya.

Selain mempersoalkan tarif roaming internasional, IDTUG bersama INTUG juga mendukung prinsip-prinsip teknologi netral (OFTA Hongkong) yang memberikan best value ke customer/user. Termasuk di antaranya teknologi broadband, di mana IDTUG terus mendorong percepatan pengembangannya
di Indonesia.

“Saat ini definisi broadband masih sangat beragam dan menyulitkan pembuatan benchmark capaian di antara para negara,” kata Nurul. “Dengan demikian, kondisi yang ada di Indonesia sulit dibandingkan dengan negara lain,” ucapnya.

Disamping penurunan biaya roaming internasional tersebut, ada beberapa prioritas lain dari INTUG yang menjadi target program kerja IDTUG. “Namun dari semua itu, yang paling penting adalah “Cost Reduction” (Pengurangan Biaya),” ucap Nurul.

Source : VIVAnews
Gamma Ray  ;       http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: