Kebun binatang yang memiliki area yang luas dengan jumlah binatang yang banyak, mempunyai potensi untuk mencukupi kebutuhan energinya sendiri. Energi ini nantinya akan menunjang berbagai fasilitas di dalamnya, seperti angkutan umum ramah lingkungan di dalamnya dan lampu penerangan.
Di kebun binatang, kotoran ternak dalam jumlah besar tentunya menimbulkan masalah tersendiri dalam pengelolaannya, sementara jarak yang jauh juga cukup melelahkan pengunjung untuk melihat semua jenis binatang yang ada. Meski demikian ada solusi dari Denver Zoo di Amerika Serikat yang mungkin bisa ditiru dan diaplikasikan di berbagai kebun binatang besar di Indonesia.
Denver Zoo adalah sebuah binatang yang dikelola pemerintahan kota Denver. Kebun binatang ini termasuk kebun binatang besar dengan luas mencapai 32 hektar dan dihuni 3.500 binatang dari 650 spesies. Dengan jumlah binatang yang sangat banyak, limbah kotorannya pun menjadi masalah.
Untuk mengatasi masalah itu, kebun binatang tersebut mengambil pendekatan yang lebih ramah lingkungan. Mereka mengembangkan sebuah sistem yang mengubah kotoran binatang serta sampah yang ditinggalkan pengunjung menjadi biogas dan memenuhi kebutuhan energinya sendiri.
Langkah pertama yang dilakukan pengelola kebun binatang Denver Zoo adalah dengan mendatangkan Tuk Tuk atau "bajaj" Thailand. Mesin bajaj tersebut dimodifikasi agar bisa menggunakan bahan bakar gas dari kotoran binatang.
Langkah tersebut ternyata berhasil, dan jika proyek kebun binatang Denver tersebut mendapat persetujuan dari pemerintah kota Denver, maka 90% kotoran binatang yang ada di dalamnya akan digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan listriknya.
Langkah tersebut ternyata berhasil, dan jika proyek kebun binatang Denver tersebut mendapat persetujuan dari pemerintah kota Denver, maka 90% kotoran binatang yang ada di dalamnya akan digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan listriknya.
sumber : http://www.planethijau.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar