Bayang-bayang akan rasa nyeri saat persalinan kerap kali menghantui perempuan yang akan melahirkan. Nyeri persalinan dirasakan karena adanya kontraksi rahim yang disebabkan pelebaran mulut rahim dan segmen bawah rahim.
Dengan perkembangan medis, ditemukan berbagai metode pengendalian nyeri, baik farmakologis (dengan obat) maupun nonfarmakologis.
Metode nonfarmakologis dapat dilakukan melalui pendekatan psikologis, seperti hipnoterapi dan pendekatan sensori, seperti akupunktur, serta intervensi bukan manual, seperti hidroterapi.
Kelebihan metode nonfarmakologis, menurut dokter obstetri ginekologi dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi, Solo, Abdurahman Laqif, tidak perlu menggunakan obat. Adapun mengatasi rasa nyeri secara farmakologis menggunakan obat bisa menimbulkan efek samping berupa dampak jangka panjang pada bayi, pembengkakan kandung kemih ibu, dan waktu persalinan fase kala I (dari nyeri sampai pembukaan lengkap) yang lebih panjang.
Akupunktur (teknik pengobatan dengan tusuk jarum) dapat dimanfaatkan untuk mengurangi rasa nyeri saat persalinan dan memperpendek durasi persalinan.
Menghambat rasa nyeri Ahli anestesiologi, reanimasi, dan akupunktur Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Syarif Sudirman, menuturkan, akupunktur merangsang pelepasan zat kimia, seperti endorfin, enkefalin, dinorfin, serotonin, dan noradrenalin, yang menghambat rasa nyeri dan memberi rasa tenang.
”Akupunktur memberi efek pada titik yang ditusuk jarum berupa pelebaran pembuluh darah sehingga mampu menyerap substansi kimia penyebab nyeri,” kata Syarif yang juga bertugas di Rumah Sakit Ortopedi Prof Dr Soeharso usai Sosialisasi Pemanfaatan Akupunktur dalam Persalinan Bebas Nyeri di Fakultas Kedokteran UNS Solo, Kamis (17/2).
Akupunktur mulai dilakukan saat ibu masuk fase kala I persalinan, yakni saat mulut rahim membuka sepanjang 4 sentimeter. Saat itu dilakukan akupunktur di punggung. Tusuk jarum kembali dilakukan saat masuk kala II (dari pembukaan lengkap sampai janin keluar) yang ditandai dengan adanya kekuatan untuk his (kontraksi) dan mengejan untuk mendorong janin lahir. Akupunktur dilakukan di atas tulang sakrum (bagian paling bawah tulang belakang).
Akupunktur mampu menghambat nyeri yang timbul pada suatu struktur tubuh dengan cara mengirim sensor ke bagian tertentu di saraf tulang belakang. Penusukan jarum pada atau dekat struktur yang nyeri akan memberi efek menghambat rasa nyeri.
”Akupunktur tidak menghilangkan kontraksi yang dibutuhkan saat persalinan. Akupunktur mengurangi nyeri sampai batas yang bisa ditoleransi ibu bersalin. Nyeri persalinan yang merupakan nyeri alami tetap dibutuhkan sebagai tanda dalam proses persalinan,” kata Syarif.
Menurut Syarif, metode akupunktur untuk mengurangi nyeri persalinan belum dipraktikkan di Indonesia. Untuk itu, dia bekerja sama dengan dokter kandungan mengenalkan metode ini kepada para bidan dan akupunkturis di Kota Solo. ”Di Eropa, metode ini sudah lazim digunakan,” katanya.
Metode akupunktur untuk mengurangi nyeri persalinan, Syarif melanjutkan, memerlukan dukungan tim sukses, yakni suami, keluarga, bidan, akupunkturis, dan dokter kandungan sesuai dengan peran masing-masing. Tindakan akupunktur diterapkan dengan syarat persalinan diperkirakan normal, tekanan darah ibu normal, dan posisi kepala bayi lebih dulu pada jalan lahir.
”Berkurangnya nyeri akan menghilangkan hambatan psikologis pada ibu bersalin sehingga proses bersalin sesuai fase ideal,” kata Abdurahman Laqif.
http://www.flucard.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar