Minggu, 13 Februari 2011

"Enterobacter Sakazakii" yang Membuat Panik

http://kcdn1.stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/04/02/195027p.jpg
Gamma-Ray;  www.flucard.blogspot.com
Tidak segera diumumkannya susu formula mengandung bakteri Enterobacter Sakazakii, sesuai hasil penelitian Institut Pertanian Bogor, membuat banyak orangtua panik. Meskipun sampel susu yang diteliti diambil pada 2003-2006, rasa resah itu juga dialami orangtua yang baru memiliki bayi.
Bakteri Enterobacter sakazakii atau sesuai penamaan baru disebut Cronobacter sakazakii adalah salah satu jenis bakteri patogen yang bisa menimbulkan penyakit. Sesuai namanya, enterobacter, bakteri ini juga ditemukan dalam saluran pencernaan manusia dan hewan.
Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian yang juga ahli mikrobiologi pangan Universitas Gadjah Mada, Endang Sutriswati Rahayu, Jumat (11/2) di Jakarta, mengatakan, E sakazakii ada di mana-mana, termasuk di udara. Karena itu, sumber pencemarannya pun bisa dari mana-mana. ”Hingga saat ini belum diketahui dosis infeksi bakteri ini hingga dapat menimbulkan penyakit,” katanya.
Selain pada susu formula, E sakazakii banyak ditemui dalam berbagai produk olahan pangan lain, seperti keju atau roti fermentasi.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Badriul Hegar mengatakan, bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak atau meningitis, adanya bakteri dalam darah (bakteremia), penyebaran bakteri patogen dalam jaringan darah (sepsis), radang usus halus dan usus bear (enterokolitis), hingga kematian sel (necrosis).
Meskipun bakteri ini dapat menyerang berbagai kelompok usia, bayi adalah kelompok paling rentan. Risiko makin besar pada bayi berumur kurang dari 28 hari, bayi lahir prematur, bayi dengan berat lahir kurang dari 2 kilogram, atau bayi berimunitas rendah.
Publikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 13 Februari 2004 menyebutkan, sejak 1961-2003 hanya ditemukan 48 bayi sakit karena terinfeksi E sakazakii.
Susu formula
Badriul mengatakan, susu formula adalah susu yang diperuntukkan sebagai makanan khusus bagi bayi karena kesesuaiannya untuk pengganti air susu ibu (ASI). Susu formula ini hanya bagi bayi hingga usia 12 bulan. Susu untuk anak balita tak disebut susu formula.
WHO dalam Petunjuk Penyiapan, Penyimpanan, dan Perlakuan Susu Formula (2007) menyebutkan, tak ada susu formula yang sepenuhnya steril. Potensi pencemaran susu formula terhadap bayi membesar jika proses penyimpanan dan penyiapan bagi bayi tidak sehat.
Ahli mikrobiologi dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Pingkan Aditiawati, menegaskan, tidak ada makanan olahan, termasuk susu formula, yang bebas bakteri 100 persen. Karena itu, setiap produksi makanan olahan selalu mencantumkan masa kedaluwarsanya.
”Sistem sterilisasi punya batas waktu. Semakin mendekati masa kedaluwarsa, jumlah bakteri dalam makanan semakin besar,” katanya.
Saat sampel penelitian susu formula dilakukan IPB tahun 2003-2006, saat itu belum ada prosedur pengecekan E sakazakii di dunia. Codex Alimentarius Commission sebagai badan bentukan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pun baru mengatur pengecekan E sakazakii untuk susu formula pada Juli 2008. Sementara penelitian IPB diumumkan Februari 2008.
Utamakan ASI
Belajar dari kasus ini, bayi sebaiknya diberi ASI. Jika ASI tak langsung keluar setelah melahirkan, orangtua maupun dokter tak perlu buru-buru memberi susu formula kepada bayi. Bayi punya daya tahan hingga tiga hari sejak dilahirkan tanpa ASI dari ibunya. ”ASI adalah susu terbaik, bukan saja karena kandungannya, tetapi juga dalam kemasan steril,” kata Badriul.
Selama proses menunggu itu sebaiknya bayi terus didorong mencecap payudara ibunya. Cara ini dapat merangsang keluarnya ASI dan semakin mendekatkan hubungan batin ibu dan bayi.
Selain itu, ibu juga harus yakin keunggulan dan kecukupan ASI-nya. Kenaikan berat badan bayi setiap bulan menandakan kecukupan ASI. Bayi lebih sering lapar adalah wajar karena ASI lebih mudah dicerna dan cepat mengosongkan lambung.
Bila ada alasan medik tertentu sehingga bayi terpaksa perlu susu formula maka orangtua tak perlu waswas. Syaratnya, prosedur penyiapan, penyimpanan, dan perlakuan terhadap susu formula harus benar.
 source : KOMPAS


http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: