Rabu, 02 Februari 2011

Kanker Hati Paling Banyak Menimpa Laki-laki

http://images.detik.com/content/2011/02/01/763/liver-dalam-ts.jpg

Saat ini diketahui laki-laki lebih banyak menderita kanker hati dibandingkan dengan perempuan. Kenapa bisa begitu?

"Asia merupakan penyumbang kanker hati terbesar di dunia dan laki-laki lebih banyak kena dibandingkan perempuan dengan perbandingan sebesar 3:1 sampai 5:1 untuk laki-laki," ujar Prof dr H Ali Sulaiman, PhD, SpPD, KGEH, FACG dalam acara 'Tingkatan Harapan Hidup Pasien Kanker Hati dengan Terapi Target' di Hotel Intercontinental, Jakarta, Selasa (1/2/2011).

Prof Ali menuturkan untuk negara-negara di Asia Pasifik sebanyak 70 persen penyebab kanker hati akibat hepatitis B, sedangkan untuk negara-negara di Eropa, Amerika dan Jepang kebanyakan akibat hepatitis C.

Sampai saat ini penyebab pasti mengapa laki-laki lebih banyak menderita kanker hati masih belum jelas betul. Beberapa hal diduga menjadi penyebabnya seperti:
1.     Adanya perbedaan hormonal
2.     Laki-laki lebih sering terpapar penyebab hepatitis karena lebih banyak berada di luar rumah
3.     Ada juga yang bilang karena perempuan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dibanding laki-laki

"Tapi memang diketahui penyakit hepatitis B dan C paling banyak terjadi pada kaum laki-laki dibanding perempuan," ungkap dokter yang mendapatkan gelar PhD dari Kobe Jepang tahun 1989.

Perjalanan untuk menjadi kanker hati terbilang panjang, awalnya virus hepatitis B masuk ke dalam tubuh lalu menimbulkan kerusakan dan merangsang sel-sel beraktivasi. Akibatnya akan timbul nodul-nodul (tonjolan) pada hati yang jika berlangsung terus menerus bisa menyebabkan sirosis hingga menjadi kanker hati.

"Jika dalam riwayat keluarga ada yang memiliki penyakit
hepatitis atau kanker maka harus diwaspadai, karena faktor gen yang diwariskan ini bisa mempercepat timbulnya abnormal nodul yang menjadi bakat kanker," ujar Prof Ali.

Selain akibat hepatitis B dan C, beberapa kondisi lain juga bisa menjadi faktor risiko kanker hati seperti obesitas, perlemakan hati (fatty liver), diabetes, paparan jangka panjang alfatoksin (toksin pada kacang tanah), merokok dan konsumsi alkohol serta penggunaan steroid anabolik jangka panjang.

Lalu bagaimana mengobati kanker hati?

"Untuk menentukan pilihan pengobatan kanker hati (hepatocelluler carcinoma/HCC) harus memperhatikan beberapa hal seperti stadiumnya, ukuran dari tumor, fungsi hati secara keseluruhan dan status kesehatannya," imbuhnya.

Jika kondisi pasien secara keseluruhan sudah diketahui dengan baik, maka pengobatan yang dilakukan bisa bersifat menyembuhkan (cureable) untuk kanker stadium awal dan bersifat paliatif untuk kanker stadium lanjut.

Beberapa pilihan pengobatan untuk kanker hati bisa dilakukan seperti:

Pengobatan yang bersifat menyembuhkan
1.     Reseksi, yaitu dengan memotong nodul atau mengangkat tumor dan jaingan di sekitarnya. Teknik ini dilakukan jika tumor yang dimiliki kecil (kurang dari 2-3 cm) dan terletak pada satu lokasi.
2.     Transplantasi hati, yaitu dengan mengangkat semua jaringan hati lalu menggantinya dengan hati yang baru. Teknik ini dilakukan untuk tumor yang kecil tapi memiliki sirosis yang parah.
3.     Radiofrequency ablation (RFA), yaitu dengan menggunakan frekuensi listrik tinggi untuk menghancurkan sel tumor. Teknik ini menggunakan panduan ultrasound lalu dengan menggunakan getaran listrik tumor bisa menjadi rusak dan hancur.
Pengobatan yang bersifat paliatif
1.     TACE (Transarterial chemoembolisation), yaitu dengan menghambat persediaan darah ke tumor menggunakan obat kemoterapi yang langsung disuntikan ke tumor. Jika persediaan darahnya dihambat maka tumor tidak mendapatkan asupan makanan sehingga tumornya akan mengecil.
2.     Sorafenib, yaitu obat yang bekerja dengan menargetkan sel tumor dan pembuluh darah tumor yang diberikan pada pasien kanker hati stadium lanjut yang sudah tidak bisa dioperasi. Sorafenib telah disetujui lebih dari 90 negara sebagai pengobatan untuk kanker hati dan kanker ginjal stadium lanjut. Di Indonesia sorafenib telah disetujui pada tahun 2008.
"Pengembangan sorafenib juga digunakan pada pasien yang sedang menunggu proses transplantasi hati untuk mencegah progresi penyakit, serta sebagai terapi tambahan pada pasien yang telah melakukan reseksi untuk mencegah kekambuhan dan memperpanjang masa survival," ungkapnya.

Prof Ali menyarankan bagi masyarakat agar jangan menyepelekan penyakit hepatitis, sebaiknya penyakit ini mendapatkan perawatan yang baik untuk mencegah terjadinya sirosis dan juga kanker hati.

http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: