Gamma-Ray; www.flucard.blogspot.com |
Kontroversi penggunaan metformin selama kehamilan menjadi tantangan bagi para peneliti untuk terus dipelajari dan diteliti, Metfomin merupakan antihiperglikemia oral golongan biguanide yang dalam penelitian in vivo tidak terbukti akan menggangu fertilitas pada hewan coba (tikus) baik pada jenis kelamin laki laki atau perempuan dan tidak terbukti teratogenik pada hewan coba tikus dan kelinci hingga dosis 600 mg/kgbb/hari yaitu dosis yang diperkirakan 2 kali dosis maksimum yang direkomendasikan pada manuasia dalam satuan mg/luas permukaan badan.
Berikut dua uji klinik yang dilakukan untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan metformin pada kehamilan.
1. Uji klinik prospektif dilakukan dengan tujuan menilai efikasi metformin dalam mengkontrol gula darah maternal dan kondisi neonatus, melibatkan 67 pasien dengan rerata usia gestasi 28 minggu 6 hari dengan BMI rata rata 36, dengan rata rata usia kelahiran pada minggu ke 37, 8 pasien gagal mencapai kontrol glikemia adekuat dengan metformin tunggal akhirnya dilanjutkan dengan insulin, kegagalan metformin tidak diprediksi dengan BMI. Mayoritas pasien mencapai glukosa darah puasa 105 mg/dL dan 2 jam post prandial 120 mg/dL.
Makrosemia fetus (bayi lahir dengan berat badan berlebih 4-4,5 kg) terjadi pada 4 pasien tetapi dapat lahir secara spontan, tindakan seksio sesaria terjadi pada 30 pasien meskipun jika prosedur seksio cesaria (SC) yang terrencana disingkirkan maka SC spontan hanya terjadi sebesar 15 pasien.
Tidak ditemukan anomali fetus dan tidak terjadi episode hipoglikemia marternal maupun pada neonatus. Ada 8 neonatus mengalami hiperbilirubinemia dan memerlukan fototerapi, dua neonatus selama 5 menit memiliki APGAR 7, 1 neonatus meninggal intrauterine yang disebabkan oleh kalainan tali pusat.
Kesimpulan : Dari penelitian ini 88 % pasien tercapai kontrol glisemia dengan menggunakan metformin. Makrosemia terjadi pada 6 pasien dan tindakan seksio cesaria diperlukan pada 15 kelahiran, tidak ditemukan anomali maupun episode hipoglicemia.
2. Uji klinik kedua yang diterbitkan dalam An International Journal of Obstetrics & Gynaecology November 2010 menilai apakah metformin aman dan seefektif insulin dalam mencegah makrosomia sebagai komplikasi diabetes mellitus gestasional, uji klinik dilakukan secara acak, terbuka, prospektif melibatkan hingga 100 pasien yang tidak tercapai euglikemia dengan diet, pasien secara acak mendapatkan insulin (n : 50) atau metformin oral (n : 50). Evaluasi yang dinilai adalah insiden terjadinya large-for-gestational-age (LGA) dan morbiditas.
Diperoleh hasil tidak terdapat perbedaan bermakna dari insiden LGA (8.5 vs 10.0, P = 0.97), mean berat badan, mean pH arteri umbilikus atau morbiditas neonatus antara kelompok insulin dan kelompok metformin, 15 wanita dari 47 wanita pada kelompok metformin akhirnya memerlukan insulin terutama ibu dengan obesitas berat (BMI 36 vs 30 kg/m2, P = 0.002), memiliki kadar gula darah puasa lebih tinggi dalam pemeriksaan OGTT (6.1 vs 5.0 mmol/l, P = 0.001) dan memerlukan terapi lebih awal (minggu gestasi 26 vs 31, P = 0.002) dibandingkan ibu ibu yang tercapai normoglikemia dengan metformin. Tidak adanya tendesi tindakan seksio cesaria yang lebih tinggi pada kelompok metformin dibandingkan kelompok insulin (RR 1.9; 95% CI 0.99–3.71).
Kesimpulan
Berikut dua uji klinik yang dilakukan untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan metformin pada kehamilan.
1. Uji klinik prospektif dilakukan dengan tujuan menilai efikasi metformin dalam mengkontrol gula darah maternal dan kondisi neonatus, melibatkan 67 pasien dengan rerata usia gestasi 28 minggu 6 hari dengan BMI rata rata 36, dengan rata rata usia kelahiran pada minggu ke 37, 8 pasien gagal mencapai kontrol glikemia adekuat dengan metformin tunggal akhirnya dilanjutkan dengan insulin, kegagalan metformin tidak diprediksi dengan BMI. Mayoritas pasien mencapai glukosa darah puasa 105 mg/dL dan 2 jam post prandial 120 mg/dL.
Makrosemia fetus (bayi lahir dengan berat badan berlebih 4-4,5 kg) terjadi pada 4 pasien tetapi dapat lahir secara spontan, tindakan seksio sesaria terjadi pada 30 pasien meskipun jika prosedur seksio cesaria (SC) yang terrencana disingkirkan maka SC spontan hanya terjadi sebesar 15 pasien.
Tidak ditemukan anomali fetus dan tidak terjadi episode hipoglikemia marternal maupun pada neonatus. Ada 8 neonatus mengalami hiperbilirubinemia dan memerlukan fototerapi, dua neonatus selama 5 menit memiliki APGAR 7, 1 neonatus meninggal intrauterine yang disebabkan oleh kalainan tali pusat.
Kesimpulan : Dari penelitian ini 88 % pasien tercapai kontrol glisemia dengan menggunakan metformin. Makrosemia terjadi pada 6 pasien dan tindakan seksio cesaria diperlukan pada 15 kelahiran, tidak ditemukan anomali maupun episode hipoglicemia.
2. Uji klinik kedua yang diterbitkan dalam An International Journal of Obstetrics & Gynaecology November 2010 menilai apakah metformin aman dan seefektif insulin dalam mencegah makrosomia sebagai komplikasi diabetes mellitus gestasional, uji klinik dilakukan secara acak, terbuka, prospektif melibatkan hingga 100 pasien yang tidak tercapai euglikemia dengan diet, pasien secara acak mendapatkan insulin (n : 50) atau metformin oral (n : 50). Evaluasi yang dinilai adalah insiden terjadinya large-for-gestational-age (LGA) dan morbiditas.
Diperoleh hasil tidak terdapat perbedaan bermakna dari insiden LGA (8.5 vs 10.0, P = 0.97), mean berat badan, mean pH arteri umbilikus atau morbiditas neonatus antara kelompok insulin dan kelompok metformin, 15 wanita dari 47 wanita pada kelompok metformin akhirnya memerlukan insulin terutama ibu dengan obesitas berat (BMI 36 vs 30 kg/m2, P = 0.002), memiliki kadar gula darah puasa lebih tinggi dalam pemeriksaan OGTT (6.1 vs 5.0 mmol/l, P = 0.001) dan memerlukan terapi lebih awal (minggu gestasi 26 vs 31, P = 0.002) dibandingkan ibu ibu yang tercapai normoglikemia dengan metformin. Tidak adanya tendesi tindakan seksio cesaria yang lebih tinggi pada kelompok metformin dibandingkan kelompok insulin (RR 1.9; 95% CI 0.99–3.71).
Kesimpulan
Metformin terlihat cukup baik dalam mencegah terjadinya maskrosemi fetus pada wanita dengan berat badan normal atau berlebih dan mengalami diabetes gestasional lambat, sedangkan ibu dengan pertimbangan mengalami obesitas, kadar gula darah puasa tinggi dan memerlukan terapi farmakologi lebih awal mungkin tetap akan cocok mendapatkan insulin.
http://www.flucard.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar