Reaktor Nuklir |
Mark Prelas, profesor teknik nuklir dan direktur riset Nuclear Science and Engineering Institute di University of Missouri menjelaskan bahwa tidaklah mungkin mengubah secara langsugn energi nuklir menjadi energi lain. "Teknologi nuklir saat ini memiliki fase thermalisasi awal di antara reaksi nuklir dan ketika energi tersebut diubah menjadi energi listrik. Fase ini mengurangi efisiensi proses konversi energi," paparnya. Saat ini teknologi nuklir menggunakan fisi nuklir untuk memanaskan air dan menghasilkan uap. Uap bertekanan tinggi kemudian dimanfaatkan untuk memutar generator dan menghasilkan listrik.
Para ilmuwan di universitas tersebut telah mengembangkan suatu proses yang disebut dengan Radioisotope Energy Conversion System (RECS). Tahap awal dari proses tersebut adalah melepaskan radioisotop ke sebuah generator foton yang disebut dengan fluoroscer. Kemudian, foton yang merupakan unit paling dasar dari sebuah cahaya dihasilkan. Tahap selanjutnya adalah melepaskan foton keluar dari fluoroscer ke sel-sel surya. Menurut mereka, sel-sel surya ini mengubah energi foton menjadi listrik lebih efisien dibanding teknologi nuklir sekarang.
Penelitian tersebut merupakan pengembangan dari penelitian panjang untuk membuat listrik dari bola lampu nuklir berdasarkan Photon-Intermediate Direct Energy Conversion (PIDEC) yang mengubah energi ion menjadi energi foton. Bola lampu nuklir tersebut menghasilkan hidrogen, listrik dan energi laser yang langsung dari reaksi nuklir. RECS sendiri juga menerapkan sistem PIDEC dengan efektif. "Sistem yang kami kembangkan sederhana, dan mungkin bisa dibuat lebih ringkas, lebih bisa diandalkan dan lebih murah," imbuh Prelas.
Prelas saat ini telah bekerja sama dengan beberapa indsutri, diantaranya British Nuclear Fuel, Daimler Bentz dan the U.S. Semiconductor Corp. untuk mengkomersialisasikannya.
source : http://www.planethijau.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar