Dalam pelajaran Sejarah pada waktu di bangku sekolah dasar pernah dibahas tentang sejarah-sejarah Kerajaan zaman dahulu. Kerajaan Sriwijaya (atau disebut juga sebagai Srivijaya) merupakan salah satu kerajaan terbesar yang memiliki kekuatan maritimnya yang sangat terkenal di pulau Sumatera dan berpengaruh besar di Nusantara Indonesia yang memiliki daerah kekuasaan yang membentang luas dari Negeri Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Arti kata Sriwijaya yang dalam bahasa Sansekerta, sri itu yang artinya ‘bercahaya’ dan wijaya adalah ‘kemenangan’ sungguh tepat sekali dengan keadaan kerajaan Sriwijaya pada waktu itu.
Disebutkan juga dalam pelajaran tersebut, bahwa Kerajaan Maritim terbesar pada zaman itu adalah Kerajaan Sriwijaya yang letak secara pastinya hingga saat ini justru belum diketahui dikarenakan tidak diketemukannya peninggalan istana atau kraton. Namun banyak juga yang menyebutkan bahwa ibukota Sriwijaya berada di Palembang dan menjadi nama sebuah klub sepakbola Indonesia saat ini. Banyak para ahli sejarah yang menyebutkan tentang lokasi pasti Sriwijaya berada di Jambi menurut Prof. Sukmono lantaran banyak berita San-fo-tsi yang cocok untuk Jambi Tentang Lokalisasi Sriwijaya, 1958; Prof. George Coedes berpendapat lain lagi yang mengatakan lokasi Sriwijaya berada di Palembang: Whether it had its center at Palembang or at Jambi… (The Indianized States of Southeast Asia, 1968, h.179); dalam kedua bukunya, Early Indonesian Commerce (1967) dan The Fall of Sriwijaya (1970) Prof. O. W. Wolters juga menambahkan bahwa ibukota Sriwijaya semula di Palembang kemudian di pindahkan ke Jambi.
Terlepas dari kenyataan di atas, Kerajaan Sriwijaya tetap menjadi Kerajaan Maritim terbesar yang pernah ada di Indonesia. Pada abad ke-7 hingga 13 M, Kerajaan tersebut sebagai Kerjaana maritime yang dikenal hingga ke mancanegara. Kekuatan maritime yang dimilikinyalah yang sangat kuat hingga namanya dikenal di berbagai Negara dunia. Dengan kebesarannya tersebut, banyak pendatang dari mancanegara yang datang ke Indonesia untuk berdagang di Sriwaya bahkan mereka bermukim dan belajar ilmu pengetahuan di sana.
Banyak berbagai sumber yang menyebutkan bahwa kebesaran Kerajaan Sriwijaya telah usai setelah Kerjaan tersebut mengalami keruntuhan total. Seperti pepatah yang mengatakan bahwa ‘tak ada di dunia ini yang abadi’ ternyata hal tersebut berlaku juga bagi Kerjaan Sriwijaya yang memiliki armada tempur yang kuat dan kekuatan maritimnya yang sangat terkenal di berbagai Negara dunia. Namun, apakah dengan runtuhnya kerjaan tersebut kebesarannya telah benar-benar usai saat ini? Ternyata itu semua jawabannya adalah ‘tidak’, hal ini dapat kita lihat perdagangan yang ada pada daerah-daerah di Pulau Sumatera dan juga kain songket yang merupakan sisa peninggalan budaya zaman dahulu yang masih dapat kita rasakan saat ini. Akibat peninggalan dari Kerajaan tersebut dalam dunia perdagangan yang hingga sekarang ini tak pernah usai kebesarannya walaupun sudah tidak ada lagi nama kebesaran Kerajaan Sriwijaya di dalamnya.
Hanya saja yang telah menghilang dari kebesaran Kerajaan Sriwijaya itu adalah semangat akan perjuangan Kerajaan tersebut pada zaman dahulu yang benar-benar telah usai sekarang ini. Andai saja ketamakan manusia akan kekuasaan dan keserakahan itu tidak berlebihan, mungkin kebesaran dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya masih dapat kita rasakan saat ini. Nafsu para penjarah, perselingkuhan politik kekuasaan, kekuasaan Kerajaan Palembng Darussalam dan Belanda yang membangun budaya yang jauh berbeda dan mereka menghancurkan candi dan peninggalan Sriwijaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar