Minggu, 31 Oktober 2010

Aktivitas Anak Krakatau Tak Memicu Tsunami

Gunung Krakatau

Bandung: Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tidak akan menimbulkan tsunami. "Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api muda yang terus erupsi dengan tipe stromboli, namun tidak akan memicu terjadi tsunami," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, M Suchyar di Bandung, Sabtu (30/10).

Menurut dia, Gunung Anak Krakatau saat ini berstatus waspada atau level II, meski demikian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan agar warga tidak melakukan pendaratan di gunung api yang muncul di permukaan laut itu. Menurut Suchyar, masyarakat tidak boleh terjebak isu yang mengaitkan aktivitas Gunung Api Anak Krakatau dengan potensi tsunami.


Gunung api itu, kata dia, akan terus aktif sesuai dengan karakter gunung api muda dan tidak memicu tsunami. "Aktivitas letusan Anak Krakatau itu di kawah aktif dengan ketinggian sekitar 300 meter dari permukaan laut. Tidak akan terjadi tsunami, masyarakat jangan terjebak isu yang tidak jelas sumbernya," kata Suchyar.


Selain itu, abu letusan gunung api itu selama ini tidak mengganggu penerbangan karena ketinggiannya paling tinggi sekitar 1.500 meter, sedangkan jalur penerbangan di atas ketinggian 20.000 kaki. Gunung api itu sejauh ini diawasi intensif dari Posko Gunung Api Anak Krakatau di wilayah Serang Banten.


Lebih lanjut, Suchyar menyebutkan karakter gunung api muda seperti Anak Krakatau memang selalu aktif dan mengeluarkan energinya secara menerus. Gunung api itu terbentuk di kaldera Gunung Krakatau dan muncul pertama kali kepermukaan laut tahun 1927. "Anak Krakatau termasuk gunung api muda, aktivitasnya cukup intensif. Selama 73 tahun ketinggiannya tumbuh dan telah mencapai 400 meter," kata Suchyar.


Sementara itu terkait fenomena gempa bumi yang sekarang banyak terjadi dengan aktifitas gunung api, kata Suchyar tidak berpengaruh, buktinya gempa 7,2 SR di Mentawai tidak banyak berpengaruh terhadap aktifitas gunung api di kawasan Sumbar. "Gempa tak memicu aktivitas gunung api, meski memang peningkatan aktivitas gunung api ditandai kegempaan, namun bila skala awas (level III) mungkin saja bisa berpengaruh," pungkasnya.

sumber : liputan6

Tidak ada komentar: