Tabrakan dua bintang sekarat itu akan membentuk satu bintang baru yang akan hidup lama.
Ilmuwan telah menemukan sebuah sistem biner yang terdiri dari dua buah bintang ‘white dwarf’ atau bintang yang berada di akhir masa hidupnya. Uniknya, kedua bintang ini diperkirakan akan saling bertabrakan dan melahirkan sebuah bintang baru.
Seperti diketahui, Matahari kita, dan lebih dari 90 persen dari seluruh bintang yang ada di galaksi Bima Sakti, suatu saat akan masuk ke tahap bintang white dwarf yang merupakan bintang dengan inti yang redup, memudar karena reaksi fusi nuklir telah berhenti.
Bara api yang sedang mendingin ini, yang saat ini jumlahnya mencapai sekitar 10 persen dari seluruh bintang yagn ada di galaksi kita, umumnya memiliki bobot antara 40 sampai 90 persen massa Matahari kita namun dipadatkan dalam sebuah bola berukuran sebesar planet Bumi.
Sepasang bintang yang tengah saling mengitari satu sama lain sendiri sudah ditemukan sebelumnya. Akan tetapi ini merupakan yang pertamakali sepasang bintang yang saling berotasi dan akan bertabrakan dan membentuk bintang baru.
“Bintang-bintang ini sudah mengarungi hampir seluruh masa hidupnya. Saat mereka bergabung, mereka akan terlahir kembali dan menjalani kehidupan kedua,” kata Mukremin Kilic, astronom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.
Sistem biner yang baru ditemukan itu disebut SDSS J010657.39-100003.3 dan berada di konstelasi Cetus, yang berada di jarak 7.800 tahun cahaya dari Bumi. Mereka ditemukan dalam sebuah survey yang dilakukan bersama dengan MMT Observatory di Mount Hopkins, Arizona, Amerika Serikat.
Sistem biner itu terdiri dari sepasang bintang white dwarf. Satu bintang yang terlihat dan satu lagi tidak terlihat yang keberadaannya diindikasikan dengan bagaimana ia membelokkan secara gravitasi bintang yang terlihat.
Bintang yang terlihat sendiri bobot sekitar 17 persen dari massa Matahari, adapun bintang lainnya memiliki massa 43 persen Matahari. Astronom yakin kedua bintang itu terdiri dari helium.
Kedua bintang white dwarf ini saling mengorbit satu sama lain dengan jarak 225 ribu kilometer lebih dekat dibanding jarak Bumi dengan Bulan. Mereka berputar dengan kecepatan 1,6 juta kilometer per jam dan menyelesaikan satu rotasi hanya dalam waktu 39 menit. Sejauh ini, mereka merupakan pasangan bintang yang paling cepat berotasi yang pernah ditemukan.
Berhubung mereka saling berputar dalam jarak yang dekat, mereka membelokkan struktur ruang dan waktu, menghasilkan riak yang membawa pergi energi, yang menyebabkan mereka berputar semakin mendekat. Setelah itu, dalam 37 juta tahun mendatang, kedua bintang ini akan saling bertabrakan.
Pada laporan yang dipublikasikan di jurnal Royal Astronomical Society, peneliti menyebutkan, proses penggabungan white dwarf sendiri bisa memunculkan ledakan supernova. Akan tetapi, itu hanya terjadi jika dua bintang yang bergabung memiliki total massa 140 persen dibanding Matahari.
Menurut peneliti, kedua bintang yang akan bergabung ini tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menghasilkan ledakan supernova. Tetapi mereka cukup besar untuk memaksa atom-atom helium di sisa-sisa penggabungan untuk menyala.
Dimulainya fusi nuklir di bintang yang beru bergabung itu akan membuatnya bersinar seperti layaknya bintang biasa sampai akhirnya ia akan mendingin dan kembali menjadi white dwarf.
“Kemungkinan ada banyak bintang-bintang seperti ini di galaksi,” kata Kilic. “Saat ini kami tengah mencari biner white dward lain yang lebih dekat untuk bergabung, dan kami memprediksi bahwa ada peluang besar untuk menemukannya,” ucapnya.
Seperti diketahui, Matahari kita, dan lebih dari 90 persen dari seluruh bintang yang ada di galaksi Bima Sakti, suatu saat akan masuk ke tahap bintang white dwarf yang merupakan bintang dengan inti yang redup, memudar karena reaksi fusi nuklir telah berhenti.
Bara api yang sedang mendingin ini, yang saat ini jumlahnya mencapai sekitar 10 persen dari seluruh bintang yagn ada di galaksi kita, umumnya memiliki bobot antara 40 sampai 90 persen massa Matahari kita namun dipadatkan dalam sebuah bola berukuran sebesar planet Bumi.
Sepasang bintang yang tengah saling mengitari satu sama lain sendiri sudah ditemukan sebelumnya. Akan tetapi ini merupakan yang pertamakali sepasang bintang yang saling berotasi dan akan bertabrakan dan membentuk bintang baru.
“Bintang-bintang ini sudah mengarungi hampir seluruh masa hidupnya. Saat mereka bergabung, mereka akan terlahir kembali dan menjalani kehidupan kedua,” kata Mukremin Kilic, astronom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.
Sistem biner yang baru ditemukan itu disebut SDSS J010657.39-100003.3 dan berada di konstelasi Cetus, yang berada di jarak 7.800 tahun cahaya dari Bumi. Mereka ditemukan dalam sebuah survey yang dilakukan bersama dengan MMT Observatory di Mount Hopkins, Arizona, Amerika Serikat.
Sistem biner itu terdiri dari sepasang bintang white dwarf. Satu bintang yang terlihat dan satu lagi tidak terlihat yang keberadaannya diindikasikan dengan bagaimana ia membelokkan secara gravitasi bintang yang terlihat.
Bintang yang terlihat sendiri bobot sekitar 17 persen dari massa Matahari, adapun bintang lainnya memiliki massa 43 persen Matahari. Astronom yakin kedua bintang itu terdiri dari helium.
Kedua bintang white dwarf ini saling mengorbit satu sama lain dengan jarak 225 ribu kilometer lebih dekat dibanding jarak Bumi dengan Bulan. Mereka berputar dengan kecepatan 1,6 juta kilometer per jam dan menyelesaikan satu rotasi hanya dalam waktu 39 menit. Sejauh ini, mereka merupakan pasangan bintang yang paling cepat berotasi yang pernah ditemukan.
Berhubung mereka saling berputar dalam jarak yang dekat, mereka membelokkan struktur ruang dan waktu, menghasilkan riak yang membawa pergi energi, yang menyebabkan mereka berputar semakin mendekat. Setelah itu, dalam 37 juta tahun mendatang, kedua bintang ini akan saling bertabrakan.
Pada laporan yang dipublikasikan di jurnal Royal Astronomical Society, peneliti menyebutkan, proses penggabungan white dwarf sendiri bisa memunculkan ledakan supernova. Akan tetapi, itu hanya terjadi jika dua bintang yang bergabung memiliki total massa 140 persen dibanding Matahari.
Menurut peneliti, kedua bintang yang akan bergabung ini tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menghasilkan ledakan supernova. Tetapi mereka cukup besar untuk memaksa atom-atom helium di sisa-sisa penggabungan untuk menyala.
Dimulainya fusi nuklir di bintang yang beru bergabung itu akan membuatnya bersinar seperti layaknya bintang biasa sampai akhirnya ia akan mendingin dan kembali menjadi white dwarf.
“Kemungkinan ada banyak bintang-bintang seperti ini di galaksi,” kata Kilic. “Saat ini kami tengah mencari biner white dward lain yang lebih dekat untuk bergabung, dan kami memprediksi bahwa ada peluang besar untuk menemukannya,” ucapnya.
Source : space .com
Gamma-Ray ; http://flucard.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar