http://www.flucard.blogspot.com |
Seperti diketahui keadaan depresi dapat mempunyai hubungan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah dan secara hipotesis diketahui bahwa defisiensi vitamin D berhubungan dengan depresi dan memberikan faktor kontribusi terhadap kejadian jantung dan pembuluh darah, sehingga para peneliti yang dipimpin oleh Dr. May dari Amerika mengevaluasi hubungan vitamin D dengan insidensi depresi diantara populasi dengan gangguan Kardiovaskular. Penelitian ini telah dipublikasi di jurnal American Journal of Heart edisi bulan Juni 2010.
Metode studi melibatkan sekitar 7.358 orang yang berusia sama atau lebih dari 50 tahun yang didiagnosa memiliki kasus kardiovaskuler seperti penyakit arteri coronaria, infark miokard, gagal jantung kongestif, kejadian pembuluh darah otak, transient ischemic accident, fibrilasi atrium, atau penyakit pembuluh darah perifer, yang tidak mempunyai diagnosa depresi sebelumnya, dan diukur kadar vitamin D-nya. Kadar vitamin D ( dalam ng/mL) distratifikasi menjadi 4 kategori yakni: >50 ng/mL (optimal) dengan subyek (n) = 367 orang, kadar 31 - 50 ng/mL (normal) dengan subyek (n ) = 2.264 orang, kemudian kadar 16 – 30 ng/mL (rendah) dengan subyek (n) = 3.402 orang dan kadar sangat rendah ≥ 15 ng/mL (sangat rendah) dengan subyek (n)= 1.325 orang. Keadaan depresi didasarkan pada pedoman International Classification of Diseases (ICD), edisi 9 , kode no: 296,2 - 296,36.311. Kategori vitamin D dievaluasi dengan Cox hazard regression dengan penyesuaian faktor risiko standar kardiovaskular.
Hasil studi rerata usia subyek 73,1 ± 10,2 tahun, dan 58,8% subyek populasi adalah wanita. Ketika membandingkan kadar yang optimal, sangat rendah, rendah, dan normal yang berhubungan dengan depresi (setelah perlakuan, Hazard ratio [HR] untuk kadar vitamin D sangat rendah 2,70 (1,35-5,40) dengan P = 0,005; pada kadar rendah dengan HR - 2,15 (1,10-4,21) dengan P = 0,03, sedangkan keadaan normal nilai HR = 1,95 (0,99-3,87) dengan nilai P = 0,06. Hubungan ini tetap ada, bahkan setelah disesuaikan dengan kadar hormon paratiroid, dimana hormon paratiroid memiliki hubungan cukup bermakna terhadap keadaan depresi. Namun setelah penyesuaian kadar Vitamin D, maka keadaan ini menjadi kurang bermakna. Selain itu keadaan musim dingin pada bulan Desember sampai Februari mempengaruhi hubungan ini. Hubungan kaitan vitamin D dengan insidensi kardiovaskuler tetap ketika stratifikasi dibuat pada usia dibawah atau sama dengan 65 tahun, jenis kelamin maupun keadaan diabetes.
Simpulan studi diantara populasi diatas atau sama dengan 50 tahun yang memiliki gangguan kardiovaskular serta tidak mempunyai riwayat depresi, kadar vitamin D yang ditunjukkan memiliki kaitan/ hubungan dengan insidensi keadaan depresi. Studi ini memperkuat hipotesa mengenai hubungan antara vitamin D dengan depresi.
http://www.flucard.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar