Tubuh memiliki kemampuan untuk dapat bisa menyembuhkan diri sendiri bila kondisi tubuh dalam keadaan prima. 30 persen pendarahan pada lambung bahkan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa obat.
Hal ini disampaikan DR. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPH-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, usai acara Sidang Disertasi dan Promosi Doktor di FKUI berjudul Patofisiologi Molekuler Perkembangan Lesi Mukosa Gaster Tikus pada Hipoksia Sistemik Kronis: Tinjauan Ekspresi Hypoxia Inducible Factor-1α, Heat Shock Factor-1 dan Heat Shock Protein 70, Jakarta, Jumat (15/7/2011).
"Jika orang mengalami pendarahan pada lambung, 30 persen itu akan sembuh spontan, tanpa obat," ujar DR Ari dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
Di dalam lambung, terdapat keseimbangan berupa faktor-faktor perusak seperti asam lambung, rokok, alkohol atau obat rematik. Di sisi lain lambung memiliki sistem pertahanan tubuh yang tergantung pada ketebalan dinding lambung, aliran darah, pergerakan lambung.
Apabila keseimbangan lambung terganggu, misal asam lambung dan asap rokok terlalu banyak, maka akan menyebabkan kerusakan.
"Dalam penelitian saya, tikus percobaan yang mengalami suatu keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang berlangsung secara menyeluruh di seluruh tubuh, ternyata juga membuat lambungnya mengalami kerusakan. Tapi dengan perjalanan waktu lambung akan mengalami perbaikan (epitelisasi)," jelas DR Ari.
Artinya, tubuh sebenarnya bisa beradaptasi. Menurut DR Ari, dalam proses adaptasi ada faktor-faktor molekuler penting antara lain Hypoxia Inducible Factor-1 α (HIF-1α) yang merupakan master gen yang berperan untuk menginduksi gen lain untuk melakukan berbagai fungsi antara lain pembentukan pembuluh darah dan sel darah, metabolisme energi dan pembetukan sel.
"Nah ini yang saya buktikan dalam penelitian ini dengan model tikus ini. Dan ternyata ada hubungan dengan faktor-faktor molekuler ini, bahwa HIF-1α itu meningkat dan HIF-1α yang akhirnya berperan untuk faktor gen yang lain, untuk pembentukan pembuluh darah, pembentukan sel darah merah kemudian juga faktor-faktor yang lain," jelas DR Ari.
DR Ari juga menyampaikan bahwa sebenarnya tubuh dapat beradaptasi. Jika jaringan kekurangan oksigen, akan ada peningkatan protein-protein seperti sitoglobin yang membuat kadar oksigen dalam jaringan menjadi normal.
"Nah, hikmahnya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan bahwa tubuh siap dengan adaptasi tersebut. Meski hipoksia, tubuh bisa beradaptasi mengatasi keadaan tersebut," jelas bapak 3 anak ini.
Tapi tentu saja jika tubuh mengalami sakit bukan berarti Anda mesti diam saja dan tidak melakukan apa-apa. Artinya, jika tubuh mulai merasa sakit, makan adalah hal yang terpenting. Karena ketika tikus mengalami hipoksia tikus mengalami penurunan berat badan, maka makan perlu diperhatikan. Kemudian oksigen juga harus tetap dipertahankan dengan baik.
Hal ini disampaikan DR. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPH-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, usai acara Sidang Disertasi dan Promosi Doktor di FKUI berjudul Patofisiologi Molekuler Perkembangan Lesi Mukosa Gaster Tikus pada Hipoksia Sistemik Kronis: Tinjauan Ekspresi Hypoxia Inducible Factor-1α, Heat Shock Factor-1 dan Heat Shock Protein 70, Jakarta, Jumat (15/7/2011).
"Jika orang mengalami pendarahan pada lambung, 30 persen itu akan sembuh spontan, tanpa obat," ujar DR Ari dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
Di dalam lambung, terdapat keseimbangan berupa faktor-faktor perusak seperti asam lambung, rokok, alkohol atau obat rematik. Di sisi lain lambung memiliki sistem pertahanan tubuh yang tergantung pada ketebalan dinding lambung, aliran darah, pergerakan lambung.
Apabila keseimbangan lambung terganggu, misal asam lambung dan asap rokok terlalu banyak, maka akan menyebabkan kerusakan.
"Dalam penelitian saya, tikus percobaan yang mengalami suatu keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang berlangsung secara menyeluruh di seluruh tubuh, ternyata juga membuat lambungnya mengalami kerusakan. Tapi dengan perjalanan waktu lambung akan mengalami perbaikan (epitelisasi)," jelas DR Ari.
Artinya, tubuh sebenarnya bisa beradaptasi. Menurut DR Ari, dalam proses adaptasi ada faktor-faktor molekuler penting antara lain Hypoxia Inducible Factor-1 α (HIF-1α) yang merupakan master gen yang berperan untuk menginduksi gen lain untuk melakukan berbagai fungsi antara lain pembentukan pembuluh darah dan sel darah, metabolisme energi dan pembetukan sel.
"Nah ini yang saya buktikan dalam penelitian ini dengan model tikus ini. Dan ternyata ada hubungan dengan faktor-faktor molekuler ini, bahwa HIF-1α itu meningkat dan HIF-1α yang akhirnya berperan untuk faktor gen yang lain, untuk pembentukan pembuluh darah, pembentukan sel darah merah kemudian juga faktor-faktor yang lain," jelas DR Ari.
DR Ari juga menyampaikan bahwa sebenarnya tubuh dapat beradaptasi. Jika jaringan kekurangan oksigen, akan ada peningkatan protein-protein seperti sitoglobin yang membuat kadar oksigen dalam jaringan menjadi normal.
"Nah, hikmahnya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan bahwa tubuh siap dengan adaptasi tersebut. Meski hipoksia, tubuh bisa beradaptasi mengatasi keadaan tersebut," jelas bapak 3 anak ini.
Tapi tentu saja jika tubuh mengalami sakit bukan berarti Anda mesti diam saja dan tidak melakukan apa-apa. Artinya, jika tubuh mulai merasa sakit, makan adalah hal yang terpenting. Karena ketika tikus mengalami hipoksia tikus mengalami penurunan berat badan, maka makan perlu diperhatikan. Kemudian oksigen juga harus tetap dipertahankan dengan baik.
Source : Merry Wahyuningsih - detikHealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar