Komponis yang menciptakan mahakarya Sonata in A Minor, Wolfgang Amadeus Mozart mati muda karena 'Vitamin D Minor'. Maksudnya, Mozart diyakini bisa hidup lebih lama seandainya sering kena matahari sehingga tidak kekurangan vitamin D.
Dugaan itu didasari oleh fakta bahwa komponis yang meninggal di usia 35 tahun ini hidup di Austria, salah satu wilayah paling gelap di Eropa. Di wilayah ini, malam hari berlangsung lebih lama dari siang hari sehingga warganya tidak cukup mendapat sinar matahari.
Tidak hanya itu, berbagai literatur mengatakan bahwa Mozart juga lebih suka bergadang untuk menciptakan karya pada malam hari. Pada siang hari, ia menghabiskan sebagian waktunya untuk beristirahat di dalam rumah sehingga nyaris tidak pernah kena sinar matahari.
Padahal, sinar matahari khususnya sinar ultraviolet B (UVB) merupakan komponen yang sangat penting dalam pembentukan Vitamin D di dalam tubuh. Seseorang yang jarang kena matahari akan kekurangan vitamin D sehingga daya tahan tubuhnya akan menurun.
Konsekuensi ini dialami oleh Mozart, yang di masa hidupnya mengalami begitu banyak gangguan kesehatan. Hampir semua penyakit pernah dideritanya mulai dari radang tenggorokan, tonsilitis, campak, demam tifoid hingga yang parah seperti gangguan fungsi ginjal.
"Hampir semua penyakit yang diderita Mozart berhubungan dengan vitamin D. Andai di masa itu ia sudah tahu tentang vitamin D dan bisa mendapatkannya melalui suplemen, mungkin umurnya bisa lebih panjang," ungkap Dr Grant .
Bukan cuma Mozart, diduga ada banyak musisi lain yang juga meninggal karena kekurangan vitamin D. Di antaranya pemain cello asal Inggris, Jacqueline Mary du Pre yang meninggal pada 1987 di usia 42 tahun serta komponis asal Austria, Gustav Mahler yang meninggal pada 1911 di usia 51 tahun.
Bagaimanapun, dugaan dr Grant yang dipublikasikan dalam tulisan berjudul Medical Problems of Performing Artists ini hanya sebatas spekulasi. Sejak meninggal hingga dimakamkan tahun 1791, jenazah Mozart tidak pernah diotopsi untuk mengungkap penyebab pasti kematiannya.
Dugaan itu didasari oleh fakta bahwa komponis yang meninggal di usia 35 tahun ini hidup di Austria, salah satu wilayah paling gelap di Eropa. Di wilayah ini, malam hari berlangsung lebih lama dari siang hari sehingga warganya tidak cukup mendapat sinar matahari.
Tidak hanya itu, berbagai literatur mengatakan bahwa Mozart juga lebih suka bergadang untuk menciptakan karya pada malam hari. Pada siang hari, ia menghabiskan sebagian waktunya untuk beristirahat di dalam rumah sehingga nyaris tidak pernah kena sinar matahari.
Padahal, sinar matahari khususnya sinar ultraviolet B (UVB) merupakan komponen yang sangat penting dalam pembentukan Vitamin D di dalam tubuh. Seseorang yang jarang kena matahari akan kekurangan vitamin D sehingga daya tahan tubuhnya akan menurun.
Konsekuensi ini dialami oleh Mozart, yang di masa hidupnya mengalami begitu banyak gangguan kesehatan. Hampir semua penyakit pernah dideritanya mulai dari radang tenggorokan, tonsilitis, campak, demam tifoid hingga yang parah seperti gangguan fungsi ginjal.
"Hampir semua penyakit yang diderita Mozart berhubungan dengan vitamin D. Andai di masa itu ia sudah tahu tentang vitamin D dan bisa mendapatkannya melalui suplemen, mungkin umurnya bisa lebih panjang," ungkap Dr Grant .
Bukan cuma Mozart, diduga ada banyak musisi lain yang juga meninggal karena kekurangan vitamin D. Di antaranya pemain cello asal Inggris, Jacqueline Mary du Pre yang meninggal pada 1987 di usia 42 tahun serta komponis asal Austria, Gustav Mahler yang meninggal pada 1911 di usia 51 tahun.
Bagaimanapun, dugaan dr Grant yang dipublikasikan dalam tulisan berjudul Medical Problems of Performing Artists ini hanya sebatas spekulasi. Sejak meninggal hingga dimakamkan tahun 1791, jenazah Mozart tidak pernah diotopsi untuk mengungkap penyebab pasti kematiannya.
Source : Dailymail
Gamma Ray ; http://www.flucard.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar