Hampir semua pria pernah melakukan onani sepanjang hidupnya baik yang masuk kategori jarang atau rutin. Survei mencatat sepanjang hidupnya, pria rata-rata melakukan masturbasi sebanyak 2.000 kali yang membuatnya mencapai ejakalusi.
Masturbasi dalam konteks moderen dipandang sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan, memuaskan, perilaku yang bisa diterima alias normal dan aman dari risiko terkena infeksi menular seksual.
Pria sudah mulai melakukan masturbasi di usia 11-14 tahun. Masturbasi ini akan dilakukan hingga si pria punya pasangan tetap untuk berhubungan seks. Ada periode aktif rata-rata selama 20 tahun pria melakukan masturbasi sebelum ia memiliki pasangan bercinta.
Selama periode aktif itu, rata-rata pria melakukan onani selama 2 kali seminggu, walaupun banyak juga yang kurang dari itu atau lebih dari itu. Sehingga didapatkan rata-rata pria yang mengalami masturbasi sebanyak 2000 kali sepanjang hidupnya.
Dr David Delvin mengatakan saat anak lelaki sudah mengetahui penisnya bisa 'bicara' (terangsang) saat itulah ia mulai berpikir melakukan onani. Tidak mengherankan akhirnya si anak laki-laki ini menggerayangi daerah seputar kelaminnya dan menemukan bahwa masturbasi dapat menyebabkan orgasme dan ejakulasi, yang semua ini dinilai menarik dan menyenangkan.
Berbeda dengan tradisi di Timur yang masih menganggap masturbasi sebagai perbuatan dosa, pria di Barat lebih berani dan tidak ragu-ragu melakukan masturbasi. Masturbasi dianggap sebagai bentuk seks yang paling aman dan lebih memuaskan dibandingkan melakukan hubungan seks satu malam dengan orang yangbaru dikenal (one night stand).
Menurut Dr David, pria yang sudah menikah pun masih ada yang sering melakukan masturbasi. Begitu juga pria usia 70-80 tahun masih melakukan masturbasi beberapa kali dalam seminggu.
"Tapi secara umum pria yang paling banyak melakukan masturbasi adalah usia remaja. Frekuensinya kemudian akan berkurang secara bertahap saat usianya makin dewasa atau sudah punya pasangan," kata Dr David.
Yang ditakutkan adalah jika pria melakukan masturbasi terlalu sering yang membuat alat kelaminnya bengkak atau terluka, hingga risiko mengalami ejakulasi dini atau ejakulasi terlambat saat mempunyai pasangan bercinta.
Hal senada diungkapkan pakar seks, Dr Andri Wanananda dalam konsultasi kesehatan. Menurutnya, onani adalah perilaku yang normal bila dilakukan tidak sampai mengganggu kegiatan rutin dan produktivitas kerja sehari-hari.
Namun kebiasaan onani yang terlalu berlebihan sering berisiko mengalami ejakulasi dini saat melakukan hubungan dengan partner yang nyata. Ini karena saat onani, pria terbiasa melakukan ejakulasi yang cepat karena tidak ada partner. Sehingga dikhawatirkan jika sudah punya partner yang nyata kebiasaan itu akan berlanjut.
Padahal saat sudah punya pasangan nyata, harus juga memperhatikan ejakulasi pasangannya. Jangan sampai si pria sudah klimaks tapi wanitanya belum apa-apa sehingga si wanita merasa tidak mencapai orgasme.
Menurut Dr Andri untuk mengurangi kebiasaan onani yang terlalu berlebihan, energi bisa disalurkan ke kegiatan positif seperti berolahraga, tidak bersentuhan dengan hal-hal yang berbau pornografi atau memperbanyak kegiatan lain yang positif.
Source : netdoctor
Yang paling hot
Gamma Ray ; http://www.flucard.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar