Penyakit HIV (human imunodeficiecy viruses) sebenarnya bisa dicegah jika orang mengetahui bagaimana cara penularannya. Karena itu informasi HIV sebaiknya jangan lagi ditutup-tutupi yang malah akan menambah korban yang berjatuhan.
Dibutuhkan penyebaran informasi yang benar tentang HIV. Salah satu yang palaing efektif adalah melalui media massa yang dapat menjangkau banyak khalayak sehingga mempermudah upaya pencegahannya.
Media dituntut untuk memberikan informasi yang jelas karena bila informasinya tidak akurat, media justru bisa menyesatkan.
Indikasi kurangnya informasi terungkap dalam penelitian yang dilakukan IBBS di berbagai kota di Indonesia pada tahun 2009. Meski 90-100 persen remaja pernah mendengar informasi tentang HIV, hanya kurang dari 40 persen yang benar-benar punya wawasan yang komprehensif.
Penelitian yang dilakukan terhadap kelompok remaja usia SLTA ini juga mengungkap bahwa pengetahuan tentang cara pencegahan HIV hanya dimiliki oleh kurang dari 3 persen responden. Padahal sebenarnya 40-50 persen tahu cara penularannya.
Data ini cukup memprihatinkan jika melihat pertumbuhan penderita HIV di Indonesia yang masih cukup tinggi. Hingga tahun 2008, tingkat pertumbuhannya masih tercatat 2,7 juta kasus/tahun.
Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal Kemendiknas, Hamid Muhammad menilai laju penyebaran HIV bisa dihambat dengan pemberian informasi yang benar. Di antaranya mengenai apa saja yang harus dihindari agar tidak tertular.
"Semakin ditutup-tutupi, semakin lemah upaya pencegahan yang bisa kita lakukan," kata Hamid saat membuka workshop jurnalistik - peliputan dan penulisan AIDS 2010 di Gedung Kemendiknas, Jakarta, Jumat (26/11/2010).
Media massa bisa diandalkan dalam penyampaian informasi yang benar karena bisa menjangkau banyak kalangan. Ia menilai media massa punya tanggung jawab untuk membangkitkan kesadaran atau public awareness tentang HIV.
Namun ia berpesan, media harus memberikan informasi yang akurat, tidak diskriminatif dan bisa membangkitkan semangat para penderita. Informasi yang bias dan cenderung menghakimi hanya akan meresahkan dan tidak bermanfaat.
Tahun 2010 ini, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menjadi tuan rumah peringatan hari AIDS sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember. Tujuan acara peringatan kali ini antara lain membangkitkan kesadaran akan bahaya HIV/AIDS.
Penularan HIV
Ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus sedang.
Gejala dan tanda awal dari HIV termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha.
Pusat pengendalian penyakit (Center for Disease Control/CDC) mengungkapkan ada beberapa gejala yang menunjukkan stadium lanjut dari HIV yaitu:
Dibutuhkan penyebaran informasi yang benar tentang HIV. Salah satu yang palaing efektif adalah melalui media massa yang dapat menjangkau banyak khalayak sehingga mempermudah upaya pencegahannya.
Media dituntut untuk memberikan informasi yang jelas karena bila informasinya tidak akurat, media justru bisa menyesatkan.
Indikasi kurangnya informasi terungkap dalam penelitian yang dilakukan IBBS di berbagai kota di Indonesia pada tahun 2009. Meski 90-100 persen remaja pernah mendengar informasi tentang HIV, hanya kurang dari 40 persen yang benar-benar punya wawasan yang komprehensif.
Penelitian yang dilakukan terhadap kelompok remaja usia SLTA ini juga mengungkap bahwa pengetahuan tentang cara pencegahan HIV hanya dimiliki oleh kurang dari 3 persen responden. Padahal sebenarnya 40-50 persen tahu cara penularannya.
Data ini cukup memprihatinkan jika melihat pertumbuhan penderita HIV di Indonesia yang masih cukup tinggi. Hingga tahun 2008, tingkat pertumbuhannya masih tercatat 2,7 juta kasus/tahun.
Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal Kemendiknas, Hamid Muhammad menilai laju penyebaran HIV bisa dihambat dengan pemberian informasi yang benar. Di antaranya mengenai apa saja yang harus dihindari agar tidak tertular.
"Semakin ditutup-tutupi, semakin lemah upaya pencegahan yang bisa kita lakukan," kata Hamid saat membuka workshop jurnalistik - peliputan dan penulisan AIDS 2010 di Gedung Kemendiknas, Jakarta, Jumat (26/11/2010).
Media massa bisa diandalkan dalam penyampaian informasi yang benar karena bisa menjangkau banyak kalangan. Ia menilai media massa punya tanggung jawab untuk membangkitkan kesadaran atau public awareness tentang HIV.
Namun ia berpesan, media harus memberikan informasi yang akurat, tidak diskriminatif dan bisa membangkitkan semangat para penderita. Informasi yang bias dan cenderung menghakimi hanya akan meresahkan dan tidak bermanfaat.
Tahun 2010 ini, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menjadi tuan rumah peringatan hari AIDS sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember. Tujuan acara peringatan kali ini antara lain membangkitkan kesadaran akan bahaya HIV/AIDS.
Penularan HIV
Ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus sedang.
Gejala dan tanda awal dari HIV termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha.
Pusat pengendalian penyakit (Center for Disease Control/CDC) mengungkapkan ada beberapa gejala yang menunjukkan stadium lanjut dari HIV yaitu:
1. Kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan
2. Batuk kering
3. Demam berulang atau berkeringat saat malam hari
4. Kelelahan
5. Diare yang lebih dari seminggu
6. Kehilangan memori
7. Depresi dan juga gangguan saraf lainnya.
HIV disebabkan kebanyakan karena perilaku gonta ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom atau orang-orang yang memakai narkoba karena gantian menggunakan jarum suntik.
HIV menular melalui:
HIV menular melalui:
1. Hubungan kelamin dan hubungan seks oral atau melalui anus
2. Transfusi darah
3. Penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam perawatan kesehatan
4. Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar