Rabu, 17 November 2010

2,6 Miliar Penduduk Dunia Tidak Punya Toilet yang Bersih

img
London, Sekitar 2,6 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses kesehatan yang baik seperti toilet bersih. Akibatnya, penyakit-penyakit akibat sanitasi yang buruk seperti kolera terus bermunculan.

Dalam studi yang dipublikasikan Public Library of Science (PLoS) Medicine journal, peneliti mengungkapkan dari 2,6 miliar orang yang tidak memiliki akses sanitasi baik sekitar dua per tiganya tinggal di Asia dan sub-Sahara Afrika.

Ditemukan pula kesenjangan cakupan sanitasi, di negara maju sekitar 99 persen memiliki akses sanitasi yang baik sementara negara berkembang hanya memiliki 53 persen akses sanitasi baik.

Karena tidak punya toilet yang memadai sekitar 20 persen penduduk dunia masih buang air besar di tempat terbuka yang memicu sanitasi buruk.

Padahal dengan meningkatkan taraf kebersihan, sanitasi dan penyediaan air bersih bisa mencegah kematian 2 juta anak dalam setahun.

Sanitasi dan air minum yang tidak bersih menyumbang minimal 7 persen penyakit di seluruh dunia serta hampir 20 persen menjadi penyebab kematian anak di dunia.

Sistem pembuangan dan sanitasi yang buruk dapat menyebarkan infeksi berbahaya seperti virus hepatitis dan kolera, penyakit akut menular serta diare dan dehidrasi parah akibat air yang terkontaminasi. Jika kondisinya sangat parah dan tidak ditangani dengan baik, maka bisa menyebabkan kematian dalam hitungan jam.

Kemajuan dalam meningkatkan pasokan air bersih dan sanitasi berjalan sangat lambat di sebagian besar negara berkembang. Karenanya para peneliti tengah mendesak badan PBB, donor internasional serta pemerintah dan petugas kesehatan di negara berkembang untuk meningkatkan sanitasi agar dapat mengurangi beban penyakit yang merusak.

"Secara global sekitar 2,4 juta kematian setiap tahunnya bisa dicegah jika semua orang mempraktekkan kebersihan yang tepat, memiliki sanitasi yang handal serta akses air minum yang baik," ujar Sandy Cairncross selaku ketua studi dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, seperti dikutip dari Reuters
.
Vera Farah Bararah - detikHealth

Tidak ada komentar: