Sebuah foto beredar cepat di ranah maya. Seorang laki-laki muda berambut cepak, berkulit bersih, hidung bangir dan tubuh bagas. Foto itu beredar lewat Twitter, Facebook dan Blackberry Messenger.
Siapa dia? usut punya usut, dialah Jonathan Favreau, penulis pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Sejak kedatangan Obama, juga pidatonya yang memukau di Universitas Indonesia kemarin, Jon Favreau, begitu panggilannya menjadi perbincangan para perempuan di Twitter. Salah satu yang memposting fotonya, presenter kondang, Sarah Sechan. "I wanna do bhinneka tunggal ika with you," tulis Sarah Sechan dalam akun Twitter-nya.
Lahir di Massachusetts, AS, Favreau merupakan lulusan terbaik College of Holly Cross, pada 2004. Setelah lulus, dia langsung bekerja pada calon presiden dari Partai Demokrat John Kerry. Waktu itu umurnya baru 23 tahun. "Semua orang melihat saya, bingung, seolah berkata 'siapa sih anak ini'," kata Favs, panggilannya.
Namun kepiawaiannya menyusun kata membuat partai itu kesengsem. Petinggi Demokrat yang kini menjabat Sekretaris Gedung Putih, Robert Gibbs, merekomendasikan Obama untuk memakai tenaga Favs dalam kampanye senatnya. Kerja sama itu diteruskan dalam kampanye presiden 2008.
Dari Favs-lah lahir "Yes We Can," slogan sederhana namun mendunia. Saat Obama dilantik, Januari 2009, Dia tercatat sebagai penulis termuda untuk Pidato Presiden di umur 27. Dia juga mendapat ruang kerja tersendiri di West Wing Gedung Putih, jadi nahkoda bagi tim penulis pidato yang terdiri atas penulis-penulis senior.
Dalam melakoni kerjanya, Favs sering nongkrong bareng Obama, guna menyerap ide dan tutur Presiden ke-44 AS tersebut. Saat klub bisbol idola Obama, White Sox menyapu bersih Red Sox yang dipuja Favs 2005 lalu, Obama mendatangi mejanya dan menyapu.
"Barack sangat mempercayainya," ujar Penasihat Utama Obama, David Axelrod. "Dia memberika otoritas kepada Favs atas kata-kata yang akan diucapkannya." Menurutnya, Obama tidak memberikan kepercayaan sebanyak itu pada banyak orang.
Favs terlihat sangat menikmati dunianya. Dia mengatakan posisi ini akan jadi kiprah terakhirnya di dunia politik. "Di luar ini, semuanya, adalah antiklimaks," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar