Sabtu, 13 November 2010

Susu Formula Rusak Hutan dan Ozon

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/10/20/162804p.jpg
Banyak kerugian yang ditimbulkan dari susu formula. Bukan hanya bagi orangtua dan bayi, tetapi juga untuk lingkungan.

Dr Asti Praborini, Sp.A, IBCLC, dari Perhimpunan Perinatologi Indonesia Pusat, Jakarta Breastfeeding Center, memaparkan  alasan kenapa sebaiknya kita tidak memilih susu formula. Berikut adalah 4 kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan susu formula;
1. Sumbang pemanasan global
Peternakan sapi menyumbang 18 persen pemanasan global. Gas yang juga dihasilkan oleh kotoran ternak 296 kali lebih berpotensi menimbulkan gas rumah kaca daripada gas karbondioksida.
  • Setidaknya diperlukan 135 juta sapi betina perah untuk menggantikan ASI dari wanita menyusui di India. Sapi tersebut membutuhkan 43 persen dari seluruh daratan India.
  • Penelitian di Meksiko menunjukkan bahwa satu kilogram susu bubuk dihasilkan dari 12,5 meter persegi hutan tropis. Habisnya hutan tropis ini  menjadi penyebab kerusakan lapisan ozon.
2. Tidak ekonomis
Di Amerika, apabila semua ibu tidak menyusui, dalam setahun dibutuhkan 86.000  ton timah untuk membuat 550 juta kaleng susu bayi dan 1.230 ton label kertas untuk membuat labelnya.
  • Di Inggris, apabila semua ibu menyusui, sekitar 3.000 ton per tahun kertas pembalut wanita bisa dihemat.
  • Botol dan dot terbuat dari plastik, kaca, karet, dan silikon yang semuanya tidak dapat didaur ulang. Selain itu, juga diperlukan pabrik, distribusi, pengepakan, yang menimbulkan masalah polusi.
3. Bahan baku impor
Di Indonesia, semua produsen susu formula adalah Perusahaan Modal Asing (PMA). Bahan baku susu sapi sekitar 70 persen diimpor, terutama dari Selandia Baru dan Australia.
4. Memiskinkan keluarga miskin
Rata-rata penghasilan penduduk Indonesia, sekitar 42 persen, masih Rp 600.000  per orang.  Sementara itu, keperluan susu formula seorang bayi minimal tujuh kaleng per bulan.

Kalau satu kaleng susu seharga Rp 60.000, setidaknya keluarga tersebut harus mengeluarkan uang sebesar Rp 420.000. (Diana Yunita Sari )
Kompas.com

Tidak ada komentar: