Jumat, 19 November 2010

Akal Fulus Gayus

Jakarta: Berkemeja hitam, berjaket cokelat. Pria tersebut duduk di baris keempat dari bawah. Rambutnya tebal dengan belahan tengah yang mencolok. Kacamata bertangkai hitam memenuhi hampir sepertiga wajahnya. Terlihat culun.

Tak banyak yang dilakukan pria tersebut di tengah ratusan penonton tenis
Commonwealth Bank Tournament of Champions di Hotel Westin Nusa Dua, Bali, baru-baru ini. Tangannya lebih banyak dilipat di atas dada. Hanya sesekali dia berdiri untuk mengambil gambar pertandingan tenis berhadiah US$ 600 ribu dengan telepon genggamnya.

Sepintas, memang tak ada yang luar biasa. Namun, tidak buat fotografer Harian
Kompas Agus Susanto. Dengan lensa 300 milimeter, Agus terus mengabadikan pria tersebut dari jarak 50 meter. Total jenderal ada 113 bingkai foto yang diambil. Tujuh di antaranya dipublikasikan di Harian Kompas dan situs Kompas.com, dengan keterangan seseorang mirip Gayus.




Foto mirip Gayus itulah yang kemudian membuat republik ini geger. Bagaimana tidak? Gayus yang seharusnya berada di Rumah Tahanan (Rutan) Markas Komando Brigade Mobil atau Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, ternyata bisa pelesir ke Pulau Dewata. "Saya
nggak suka (tenis). Saya lebih suka golf," ujar Gayus, ketika pertama kali dikonfirmasi wartawan. Dia membantah jika disebut sebagai pria di foto tersebut.

Lucunya, di tengah bantahan Gayus, Polri bergerak lekas. Institusi ini langsung memeriksa Kepala Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Komisaris Polisi Iwan Siswanto dan delapan penjaga rutan lain. Hasilnya: mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak golongan III A itu memang kerap keluar masuk rutan. Sejak dititipkan di rutan pada April silam, Gayus sudah 68 kali keluar dengan dalih pergi berobat.


Tak jelas penyakit yang diderita suami Milana Anggraeni itu. Gayus juga tak pernah menyebutkan nama dokter yang menangani penyakitnya. Sebaliknya, dia malah terlihat segar bugar saat ditemui seusai menghadiri sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Gayanya pun masih khas.
Cengegesan sambil mengusap-usap kepalanya.



Kepala Penjara Brimob Kompol Iwan Siswanto mengakui bahwa Gayus memang sering keluar masuk rutan. Namun, dia sama sekali tidak menyangka jika langkah Gayus sampai ke Bali. Selama Gayus berada di bawah pengawasannya, Iwan mengaku menerima uang hampir Rp 370 juta. Dibayar secara periodik. Dari mingguan, sampai bulanan. Sedangkan penjaga rutan mendapat jatah Rp 5 juta sampai Rp 6 juta tiap bulannya.


Pengakuan Kepala Rutan Brimob jelas menampar Polri. Betapa tidak, di tempat yang penjagaannya super ketat itu, Gayus malah dengan mudah
ngacir. Dia mampu menerobos penjagaan tanpa pengawalan siapa pun. "Semuanya (kepala dan penjaga rutan) akan disidang di peradilan umum. Tolong nanti diikuti persidangannya," ujar Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo, geram.

Bukan hanya Kapolri, anggota Satuan Tugas Antimafia Hukum Mas Achmad Santosa juga terheran-heran. Kenapa Gayus yang didakwa kasus mafia hukum dan mafia pajak bisa ditempatkan di Rutan Brimob. Menurut dia, harusnya tahanan yang tak lagi diperiksa polisi, ditempatkan di Rutan Salemba, bukan Rutan Brimob. "Soalnya banyak yang bilang kedua rutan itu berbeda. Ibaratnya, Salemba (hotel) bintang satu, Rutan Brimob bintang lima," ujar Mas Achmad, dalam sebuah acara televisi.


Lalu untuk apa Gayus di Bali? "Itu yang menjadi fokus penyelidikan kami," kata Mas Achmad. Rasanya, sangat janggal bila seorang Gayus pelesiran ke Bali hanya untuk menonton tenis. Terlebih, penyamaran Gayus tak berjalan mulus. Terlalu amatir jika ingin mengelabui orang banyak.


Sumber
Liputan6 SCTV di kepolisian mengungkapkan, jalan-jalannya Gayus berawal pada 3 November silam. Saat itu, selepas menghadiri persidangan, Gayus kembali ke rutan. Namun, pada sore hari, dia dijemput oleh sopirnya untuk pulang ke rumahnya di Kelapa Gading Park View, Jakarta Utara.

Keesokan hari, Gayus memulai petualangan. Dia berangkat ke Bali dengan nama Sonny Laksono. Bersama istri dan anaknya, Gayus menggunakan pesawat Lion Air dan menginap di Hotel Westin, kamar 5122. Tarif kamarnya sekitar Rp 3 juta per malam.


"Nah, baru pada malam harinya, dia bertemu dengan seorang politisi yang juga pengusaha kaya di sebuah restoran," kata sumber di kepolisian itu. Namun, sang sumber menolak merinci perihal sosok sumber maupun isi pertemuan.


Restoran yang dimaksud bernama Restoran Ikan. Menurut sumber itu, letaknya hanya 200 meter dari kamar tempat Gayus menginap. Berada di tepi pantai dan tak bisa dijangkau kamera pemantau (
close circuit television/CCTV). Semuanya seperti sudah diatur sedemikian rupa. Istilahnya, rapi jali.

Pertemuan berjalan mulus. Esok hari, 6 November, Gayus menonton pertandingan semifinal antara Ana Ivanovic dan Kimiko Date Krumm. Saat itu, kepergian Gayus mulai tercium Jakarta. Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengetahui Gayus tak berada di rutan. Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Komisaris Jenderal Ito Sumardi diperintah untuk mencari Gayus.


Di tempat terpisah, kata sang sumber, Kepala Rutan Brimob Kompol Iwan Siswanto panik ketika ditanya perihal Gayus. Apalagi, sambungan telepon gengamnya tak juga diangkat Gayus. Iwan hanya mendapat kabar dari sopir Gayus bahwa sang majikan tengah menghadiri acara undangan di Tanjungpriok, Jakut.


Iwan Siswanto seperti mati kutu. Tersiar kabar, Kabareskrim Ito Sumardi berang dan sempat mengeluarkan perintah tembak di tempat apabila Gayus tak kembali ke rutan. Begitu sampai di rumahnya, Gayus langsung dijemput Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri dan dibawa kembali ke rutan.


Rumor pun beredar cepat mengenai sosok politisi sekaligus pengusaha kaya itu. Nama Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie disebut-sebut. Mengetahui namanya disebut, Ical--panggilan Aburizal Bakrie langsung membantah. "Kalau mau ketemu sama Gayus kenapa mesti di Bali," ujar Ical.


Segendang sepenarian, Akbar Tandjung yang pernah menakhodai partai berlambang pohon beringin juga tak percaya jika Ical bertemu Gayus di Bali. Dia melihat, rumor ini sengaja ditiupkan kelompok tertentu agar suara Partai Golkar anjlok pada 2014.


Kendati begitu, Ical mengaku memang berada di Bali. Namun, bukan untuk bertemu Gayus. Tapi semata-mata hanya menonton tenis, olahraga yang memang digemarinya. Dia bingung jika ada yang mengaitkan dirinya bertemu dengan Gayus di Bali.



Tak hanya Ical. Gayus pun mengaku sebagai pria yang ada di foto tersebut. Dia mengaku keluar rutan karena rindu dengan istri dan anaknya, Gagah Gatuso Tambunan, yang masih berusia tujuh tahun.


Pengakuan Gayus disambut hangat kuasa hukumnya, Adnan Buyung Nasution. Dia menyatakan tetap mendampingi Gayus untuk membuka perkara yang lebih besar lagi.


Harapan Buyung tentu harapan banyak orang. Polisi harus mengusut tuntas kasus tersebut. Dari soal keluarnya Gayus sampai sosok politisi yang ditemuinya. Jangan sampai polisi masuk angin saat menangani kasus tersebut. "Jika perlu, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) turun tangan dan mengambil alih perkara Gayus," tulis siaran pers Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.


Pun demikian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tentunya, banyak kalangan berharap Presiden Yudhoyono mendorong bawahannya untuk tak ragu bertindak.(ULF/ANS)

Sumber : Liputan6

Tidak ada komentar: