Durham, Inggris, Plasenta adalah penghubung nutrisi antara ibu dan janinnya. Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa plasenta mungkin memainkan peran penting dalam menentukan periode kehamilan manusia dan mamalia lain.
Penelitian ini menghubungkan tingkat pertumbuhan struktur plasenta di dalam rahim dengan bagaimana cara ibu menyalurkan nutrisi ke bayinya.
Selain itu ukuran tubuh dari mamalia itu sendiri kemungkinan menentukan berapa lama masa kehamilannya. Misalnya pada manusia waktu kehamilannya selama 9 bulan, sedangkan tikus padang rumput hanya membutuhkan waktu 3 minggu.
Plasenta memainkan peranan penting dalam reproduksi mamalia, yaitu berfungsi mentransfer nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin yang dikandung, serta membawa limbah janin keluar. Struktur dari plasenta ini sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya.
Studi ini menunjukkan bahwa variasi plasenta memainkan peran terhadap usia kehamilan. Peneliti menganalisis 109 spesies mamalia yang ternyata didapati semakin kompleks dan dilipatnya bentuk plasenta, maka semakin pendek masa kehamilannya.
Peneliti percaya bahwa lebih banyak lipatan pada plasenta akan membuat lebih banyak nutrisi yang disalurkan ke bayi, memacu pertumbuhan dan mengurangi waktu kehamilan. Hal ini karena plasenta yang lebih kompleks ditemukan pada tikus (waktu kehamilan 3 minggu), anjing (waktu kehamilan 2 bulan) dan macan tutul (waktu kehamilan 3 bulan).
Tetapi pada manusia dan primata lain seperti babon terlihat struktur plasenta yang sederhana, sehingga membuat nutrisi lebih sedikit masuk ke janin yang menyebabkan pertumbuhannya lambat dan waktu kehamilannya lebih lama.
"Pada manusia plasenta memiliki cabang jari yang sederhana dengan jaringan koneksi yang relatif terbatas antara ibu dan janin, sedangkan pada macan tutul bentuk interkoneksi plasentanya kompleks sehingga pertukaran nutrisinya lebih besar," ujar Dr Isabella Capellini, penulis utama studi dari Durham University, seperti dikutip dari BBCNews.
Berdasarkan penelitian dapat diketahui mengapa mamalia memiliki variasi dalam hal masa kehamilan meskipun ia memiliki berat yang serupa. Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal American Naturalist.
Penelitian ini menghubungkan tingkat pertumbuhan struktur plasenta di dalam rahim dengan bagaimana cara ibu menyalurkan nutrisi ke bayinya.
Selain itu ukuran tubuh dari mamalia itu sendiri kemungkinan menentukan berapa lama masa kehamilannya. Misalnya pada manusia waktu kehamilannya selama 9 bulan, sedangkan tikus padang rumput hanya membutuhkan waktu 3 minggu.
Plasenta memainkan peranan penting dalam reproduksi mamalia, yaitu berfungsi mentransfer nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin yang dikandung, serta membawa limbah janin keluar. Struktur dari plasenta ini sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya.
Studi ini menunjukkan bahwa variasi plasenta memainkan peran terhadap usia kehamilan. Peneliti menganalisis 109 spesies mamalia yang ternyata didapati semakin kompleks dan dilipatnya bentuk plasenta, maka semakin pendek masa kehamilannya.
Peneliti percaya bahwa lebih banyak lipatan pada plasenta akan membuat lebih banyak nutrisi yang disalurkan ke bayi, memacu pertumbuhan dan mengurangi waktu kehamilan. Hal ini karena plasenta yang lebih kompleks ditemukan pada tikus (waktu kehamilan 3 minggu), anjing (waktu kehamilan 2 bulan) dan macan tutul (waktu kehamilan 3 bulan).
Tetapi pada manusia dan primata lain seperti babon terlihat struktur plasenta yang sederhana, sehingga membuat nutrisi lebih sedikit masuk ke janin yang menyebabkan pertumbuhannya lambat dan waktu kehamilannya lebih lama.
"Pada manusia plasenta memiliki cabang jari yang sederhana dengan jaringan koneksi yang relatif terbatas antara ibu dan janin, sedangkan pada macan tutul bentuk interkoneksi plasentanya kompleks sehingga pertukaran nutrisinya lebih besar," ujar Dr Isabella Capellini, penulis utama studi dari Durham University, seperti dikutip dari BBCNews.
Berdasarkan penelitian dapat diketahui mengapa mamalia memiliki variasi dalam hal masa kehamilan meskipun ia memiliki berat yang serupa. Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal American Naturalist.
Vera Farah Bararah - detikHealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar