Sabtu, 20 November 2010

Cuaca Ekstrem Picu Vektor DBD

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/03/19/194429p.jpg



Cuaca ekstrem yang terjadi tahun ini diduga memicu berkembangnya vektor demam berdarah. Kondisi ini diperparah dengan perilaku masyarakat yang belum berubah dalam menjaga kesehatan lingkungan sehingga kasus demam berdarah meningkat tajam tahun ini.

Kepala Seksi Bimbingan dan Pengendalian Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Sumatera Utara Sukarni, Kamis (18/11), mengatakan, hujan deras yang diikuti dengan panas berulang- ulang membuat vektor semakin mudah berkembang. Jika pemberantasan sarang nyamuk tidak rajin dilakukan, nyamuk semakin cepat berkembang.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumut menunjukkan, selama tahun 2010 jumlah kasus demam berdarah hingga pertengahan bulan Oktober mencapai 5.805 kasus. Jumlah itu belum termasuk kasus yang terjadi bulan November dan Desember.

Jumlah kasus naik lebih dari seribu kasus dibandingkan dengan kasus selama tahun 2009 yang mencapai 4.643 kasus. Jumlah korban meninggal juga meningkat dari 57 kasus tahun 2009 menjadi 65 kasus tahun 2010.

Angka kematian demam berdarah dengue (DBD) di Sumut yang tinggi dengan case fatality rate mencapai 1,23 persen masih di atas standar program pengendalian DBD Kementerian Kesehatan, yakni kurang dari 1 persen.

Catatan dinas kesehatan menunjukkan, jumlah kasus terbanyak terjadi di Medan yang mencapai 2.053 kasus, dengan jumlah kematian terbanyak terjadi di Deli Serdang yang mencapai 20 kasus. Kasus tertinggi terjadi pada bulan Agustus.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumut Chandra Syafei dalam surat edaran kewaspadaan terhadap penyebaran DBD ke dinas kesehatan kabupaten/kota di Sumut menjelaskan, incidence rate demam berdarah tahun 2010 telah mencapai 30,1 kasus per 10.000 penduduk. Angka itu meningkat dua kali lipat dibandingkan angka incidence rate tahun 2005 yang baru mencapai 16,3 per 100.000 penduduk. ”Namun masih rendah dari angka standar nasional, yakni 45 per 100.000 penduduk,” ujar Sukarni.

Jumlah kasus DBD di Sumut disebabkan populasi nyamuk Aedes aegypti di lingkungan penduduk yang jumlahnya meningkat tajam, membuat kemungkinan gigitannya bertambah. Selain itu, faktor musim dan cuaca serta rendahnya kesadaran melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) juga semakin membuat nyamuk berkembang.

”Penderita demam berdarah juga harus cepat diobati supaya tidak tergigit nyamuk dan menyebarkan kepada orang lain,” kata Sukarni. Karena itu, saat suhu badan meningkat, orang yang sakit harus segera diperiksakan.

Tahun ini pendekatan dinas kesehatan diubah dari fogging ke penyadaran masyarakat untuk melakukan PSN lewat program partisipasi melakukan PSN.

”Selama ini PSN banyak dilakukan oleh petugas saja, masyarakat justru tidak terlibat,” kata Sukarni. Masyarakat juga mengandalkan fogging untuk memberantas nyamuk, padahal fogging hanya efektif sesaat. Setelah fogging selesai, nyamuk akan muncul lagi. (WSI)
Kompas.com

Tidak ada komentar: