Lemah syahwat merupakan masalah yang bisa mengurangi rasa percaya diri pada pria. Meski begitu pria banyak yang menolak melakukan pemeriksaan. Pria baru mau memeriksakan gangguan kejantanannya ke dokter setelah didesak para istrinya.
Dr Heru H Oentoeng, M.Repro, Sp.And dari Asosiasi Seksologi Indonesia memperkirakan 60-65 persen kunjungan ke dokter terkait disfungsi ereksi justru dilakukan atas desakan para istri. Para istri inilah yang menceritakan gangguan yang dialami suaminya ke dokter karena suaminya enggan bercerita sendiri.
"Untuk urusan disfungsi ereksi, perempuan lebih terbuka dibanding laki-laki. Ada kecenderungan pada laki-laki untuk menutup-nutupi atau denial, menganggap remeh sehingga malas berkonsultasi dengan dokter," ungkap Dr Heru H Oentoeng, M.Repro, Sp.And dari Asosiasi Seksologi Indonesia dalam jumpa pers Ideal Sex Survey di Plaza Semanggi, Jakarta.
Data yang dihimpun melalui ISS (Ideal Sex Survey) mengungkap kecenderungan yang sama, yakni pria dengan masalah ereksi cenderung merasa tidak nyaman mendiskusikan fungsi ereksinya dengan dokter. Namun dalam survei yang digelar di 10 negara Asia termasuk Indonesia ini, 9 dari 10 pasien pria tetap berinisiatif untuk membicarakan masalah ereksinya dengan dokter.
Agak berbeda dengan hasil survei, Dr Heru memperkirakan di tempat praktiknya 60-65 persen keluhan terkait disfungsi ereksi justru datang dari wanita yang mendampingi suaminya periksa. Para suami yang enggan menceritakan sendiri masalah ereksinya rata-rata sudah berusia 45 tahun ke atas.
Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, ada juga beberapa pasien pria yang cukup terbuka untuk menceritakan masalahnya ke dokter. Menurut Dr Heru, pasien pria yang tidak jaim (jaga image) umumnya berusia muda dan masih sangat mengutamakan kesehatan seksualnya.
Secara umum, disfungsi ereksi memang lebih banyak dialami pria di atas usia 40 tahun. Dari seluruh pasien yang berkunjung ke tempat praktiknya, Dr Heru memperkirakan hanya 15-20 persen yang masih berusia antara 20-30 tahun.
Namun di kota-kota besar seperti Jakarta, kecenderungan untuk mengalami disfungsi ereksi di usia muda diperkirakan makin meningkat. Menurut Dr Heru, pemicunya antara lain kurang olahraga, level stres meningkat sementara romantisme atau waktu untuk bermesra-mesraan dengan pasangan berkurang karena kesibukan makin padat.
Dr Heru H Oentoeng, M.Repro, Sp.And dari Asosiasi Seksologi Indonesia memperkirakan 60-65 persen kunjungan ke dokter terkait disfungsi ereksi justru dilakukan atas desakan para istri. Para istri inilah yang menceritakan gangguan yang dialami suaminya ke dokter karena suaminya enggan bercerita sendiri.
"Untuk urusan disfungsi ereksi, perempuan lebih terbuka dibanding laki-laki. Ada kecenderungan pada laki-laki untuk menutup-nutupi atau denial, menganggap remeh sehingga malas berkonsultasi dengan dokter," ungkap Dr Heru H Oentoeng, M.Repro, Sp.And dari Asosiasi Seksologi Indonesia dalam jumpa pers Ideal Sex Survey di Plaza Semanggi, Jakarta.
Data yang dihimpun melalui ISS (Ideal Sex Survey) mengungkap kecenderungan yang sama, yakni pria dengan masalah ereksi cenderung merasa tidak nyaman mendiskusikan fungsi ereksinya dengan dokter. Namun dalam survei yang digelar di 10 negara Asia termasuk Indonesia ini, 9 dari 10 pasien pria tetap berinisiatif untuk membicarakan masalah ereksinya dengan dokter.
Agak berbeda dengan hasil survei, Dr Heru memperkirakan di tempat praktiknya 60-65 persen keluhan terkait disfungsi ereksi justru datang dari wanita yang mendampingi suaminya periksa. Para suami yang enggan menceritakan sendiri masalah ereksinya rata-rata sudah berusia 45 tahun ke atas.
Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, ada juga beberapa pasien pria yang cukup terbuka untuk menceritakan masalahnya ke dokter. Menurut Dr Heru, pasien pria yang tidak jaim (jaga image) umumnya berusia muda dan masih sangat mengutamakan kesehatan seksualnya.
Secara umum, disfungsi ereksi memang lebih banyak dialami pria di atas usia 40 tahun. Dari seluruh pasien yang berkunjung ke tempat praktiknya, Dr Heru memperkirakan hanya 15-20 persen yang masih berusia antara 20-30 tahun.
Namun di kota-kota besar seperti Jakarta, kecenderungan untuk mengalami disfungsi ereksi di usia muda diperkirakan makin meningkat. Menurut Dr Heru, pemicunya antara lain kurang olahraga, level stres meningkat sementara romantisme atau waktu untuk bermesra-mesraan dengan pasangan berkurang karena kesibukan makin padat.
Source : AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar