Perilaku monogami menilai hubungan seksual adalah eksklusif karena hanya dilakukan dengan pasangan tetap sehingga terhindari dari risiko penyakit seksual menular. Dibandingkan poligami, perilaku monogami memang lebih aman dari penyakit menular seksual meski tidak bisa menjamin 100 persen.
"Monogami biasanya digunakan sebagai salah satu cara untuk melindungi seseorang dari penyakit menular seksual, tapi isu ini masih menjadi hal yang sulit untuk pasangan muda," ujar Jocelyn Warren dari Oregon State University.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan meski melakukan monogami, riwayat seks sebelum berkomitmen bisa menjadi faktor penularan penyakit. Maksudnya, jika pasangan sebelumnya selalu bergonta-ganti sebelum berkomitmen melakukan monogami.
Studi yang dilakukan terhadap 434 pasangan yang menikah dengan rentang usia sekitar 18-25 tahun menunjukkan, sebelum berkomitmen melakukan monogami, rata-rata sebelumnya mereka pernah melakukan hubungan seksual atau pasangan yang berkomitmen monogami salah satunya berselingkuh. Hasil penelitian didapatkan sekitar 30 persen melaporkan pernah diselingkuhi oleh pasangannya saat sudah berkomitmen melakukan monogami.
Itulah yang menyebabkan sekitar 40 persen pasangan muda sanksi apakah mereka bersih dari penyakit menular seksual karena sebelum berkomitmen untuk monogami mereka juga adalah pelaku seks yang aktif.
Kondisi-kondisi seperti inilah yang memunculkan kesimpulan, perilaku monogami belum tentu aman 100 persen dari penyakit menular seksual. Maka itu pelaku monogami tetap perlu menggunakan alat pelindung seks.
Peneliti Marie Harvey mengungkapkan bahwa pasangan muda yang melakukan hubungan monogami, baik dalam pernikahan atau tidak tetap harus didorong untuk melakukan hubungan seks yang dilindungi.
"Bahkan jika pasangan mengatakan dirinya sebagai orang yang monogami, para klinisi tetap perlu menasehati orang-orang muda untuk selalu berpikir menggunakan pelindung," ujar Harvey.
Hasil studi ini nantinya akan diterbitkan dalam edisi Journal of Sex Research.
Pelaku monogami tetap harus waspada terhadap kemungkinan penyakit menular seksual seperti penyakit herpes genital (kelamin). Penularan penyakit ini melalui kontak kulit langsung yaitu dari daerah yang terinfeksi ke daerah yang tertular.
Misalnya saat seseorang yang terinfeksi mencium atau melakukan hubungan seks seperti oral, vagina atau dubur, maka bisa menyebabkan pasangannya tertular. Herpes jenis ini paling mudah menular jika kondisi seseorang sedang sakit, biasanya ditandai dengan rasa gatal, kesemutan dan sensasi lain sebelum muncul apapun di kulit.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari infeksi kelamin seperti herpes yaitu:
"Monogami biasanya digunakan sebagai salah satu cara untuk melindungi seseorang dari penyakit menular seksual, tapi isu ini masih menjadi hal yang sulit untuk pasangan muda," ujar Jocelyn Warren dari Oregon State University.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan meski melakukan monogami, riwayat seks sebelum berkomitmen bisa menjadi faktor penularan penyakit. Maksudnya, jika pasangan sebelumnya selalu bergonta-ganti sebelum berkomitmen melakukan monogami.
Studi yang dilakukan terhadap 434 pasangan yang menikah dengan rentang usia sekitar 18-25 tahun menunjukkan, sebelum berkomitmen melakukan monogami, rata-rata sebelumnya mereka pernah melakukan hubungan seksual atau pasangan yang berkomitmen monogami salah satunya berselingkuh. Hasil penelitian didapatkan sekitar 30 persen melaporkan pernah diselingkuhi oleh pasangannya saat sudah berkomitmen melakukan monogami.
Itulah yang menyebabkan sekitar 40 persen pasangan muda sanksi apakah mereka bersih dari penyakit menular seksual karena sebelum berkomitmen untuk monogami mereka juga adalah pelaku seks yang aktif.
Kondisi-kondisi seperti inilah yang memunculkan kesimpulan, perilaku monogami belum tentu aman 100 persen dari penyakit menular seksual. Maka itu pelaku monogami tetap perlu menggunakan alat pelindung seks.
Peneliti Marie Harvey mengungkapkan bahwa pasangan muda yang melakukan hubungan monogami, baik dalam pernikahan atau tidak tetap harus didorong untuk melakukan hubungan seks yang dilindungi.
"Bahkan jika pasangan mengatakan dirinya sebagai orang yang monogami, para klinisi tetap perlu menasehati orang-orang muda untuk selalu berpikir menggunakan pelindung," ujar Harvey.
Hasil studi ini nantinya akan diterbitkan dalam edisi Journal of Sex Research.
Pelaku monogami tetap harus waspada terhadap kemungkinan penyakit menular seksual seperti penyakit herpes genital (kelamin). Penularan penyakit ini melalui kontak kulit langsung yaitu dari daerah yang terinfeksi ke daerah yang tertular.
Misalnya saat seseorang yang terinfeksi mencium atau melakukan hubungan seks seperti oral, vagina atau dubur, maka bisa menyebabkan pasangannya tertular. Herpes jenis ini paling mudah menular jika kondisi seseorang sedang sakit, biasanya ditandai dengan rasa gatal, kesemutan dan sensasi lain sebelum muncul apapun di kulit.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari infeksi kelamin seperti herpes yaitu:
1. Jujur dengan pasangan jika salah satu memiliki infeksi penyakit seksual, hal ini bisa membantu mengurangi penularan melalui kontak seksual.
2. Jangan melakukan seks oral jika sedang flu atau diketahui memiliki HSV 1 di dalam mulut, karena ini bisa menjadi penyebar virus ke alat kelamin.
3. Setia pada satu pasangan (monogami) dan melakukan praktik seks yang aman setiap kali berhubungan tanpa ada pengecualian. Mengurangi gesekan dan juga mencegah timbulnya luka kecil di vagina atau penis yang berpotensi masuknya virus ke tubuh.
4. Mencuci tangan setelah menyentuh luka sebelum menyentuh bagian tubuh lain untuk menghindari penyebaran virus.
5. Menggunakan kondom baik untuk laki-laki atau perempuan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa virus herpes tidak dapat melewati kondom latex jika digunakan dengan benar. Praktik ini cukup bisa mengurangi risiko penularan.
Meski begitu para pakar kesehatan menilai perilaku monogami masih lebih kecil risikonya terhindar dari penyakit menular seksual ketimbang poligami. Karena suami yang melakukan poligami dengan mendapat pemenuhan seks dari banyak wanita lain lebih besar memicu timbulnya kemungkinan penyakit menular seksual yang bisa menularkan pada istri-istrinya.
Meski begitu para pakar kesehatan menilai perilaku monogami masih lebih kecil risikonya terhindar dari penyakit menular seksual ketimbang poligami. Karena suami yang melakukan poligami dengan mendapat pemenuhan seks dari banyak wanita lain lebih besar memicu timbulnya kemungkinan penyakit menular seksual yang bisa menularkan pada istri-istrinya.
Source : Medindia
Gamma Ray ; http://www.flucard.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar