Jumat, 10 Juni 2011

Mencipta Cahaya dari Ketiadaan


Sekelompok ilmuwan dari Chalmers University of Technology di Gothenburg, Swedia berhasil mencipatakan cahaya dari ketiadaan. Mereka menciptakan cahaya di ruang hampa, sebuah ruang yang selama ini dipercaya benar-benar kosong. Minggu depan, para ilmuwan tersebut akan mempresentasikan hasil penelitiannya di konferensi di Padua, Italia. Saat ini, paper yang belum ditinjau kembali sudah diunggah ke situs arXiv.org.


Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini memang rumit, namun sangat menarik untuk disimak. Penelitian ini berpusat pada teori mekanika kuantum yang menyatakan bahwa ruang hampa tidaklah benar-benar kosong, tetapi terdiri atas partikel yang hanya eksis dalam waktu singkat, disebut partikel virtual.

Jika dua buah cermin kecil ditempatkan sangat berdekatan di ruang hampa, maka jumlah partikel virtual di antara 2 cermin akan menjadi lebih rendah daripada di luarnya. Sebagai konsekuensinya, akan tercipta gaya tarik antar cermin yang mendekatkannya satu sama lain. Gaya ini bisa digunakan untuk menghasilkan partikel "nyata" yang dalam konteks cahaya disebut foton.

Selama puluhan tahun, ilmuwan mempercayai bahwa efek yang sama bisa dilakukan dengan menggunakan satu cermin yang digerakkan. Dengan langkah itu, cermin bisa menyerap energi dari partikel virtual dan mengemisikannya lagi dalam bentuk partikel "nyata". Tapi, langkah ini hampir tidak mungkin sebab kecepatan gerak cermin disyaratkan mendekati kecepatan cahaya.

Dalam eksperimen membuktikan teori tersebut, peneliti bernama Per Delsing dan rekannya menyiasati ketidakmungkinan dengan menggunakan perangkat dinamakan Superconducting Quantum Interference Device (SQUID) yang sangat sensitif terhadap medan magnet. Peneliti kemudian 'melewatkan' medan magnet sehingga SQUID yang berfungsi seperti cermin bergerak dengan kecepatan 5 persen kecepatan cahaya.

Hasilnya, foton cahaya benar-benar tercipta. Berdasarkan analisa, frekuensi gelombang cahaya yang tercipta adalah setengah frekuensi gerakan SQUID. Meski paper-nya belum ditunjau ulang, kalangan ilmuwan memuji keberhasilan ini. Seperti yang dikatakan pakar fisika eksperimental Harvard University, Frederico Capasso, "Ini adalah kemajuan besar."

Karena jumlah foton cahaya yang tercipta lewat eksperimen ini masih sedikit, aplikasi hasil eksperimen ini pun masih di awang-awang. Tapi, jika terbukti berhasil, maka hasil eksperimen ini bisa membantu menemukan sesuatu yang lebih berguna, misalnya menghasilkan energi di ruang hampa sehingga bisa dimanfaatkan untuk mendukung penjelajahan semesta.

Sumber : Nature, Physorg, Dailymail

Gamma Ray  ;       http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: