Untuk mendapatkan pengobatan kanker dengan terapi mutakhir, biasanya pasien harus rela berobat ke luar negeri dengan biaya yang sangat mahal. Tapi kini pasien kanker tak perlu jauh-jauh ke Singapura, karena rumah sakit di Indonesia sudah punya alat radioterapi canggih Linac Rapid Arc.
Sekitar 70 persen pasien yang berobat ke Singapura adalah pasien dari Indonesia. Fasilitas pengobatan yang canggih dan menjanjikan membuat pasien-pasien Indonesia rela berobat jauh hingga ke negeri singa tersebut.
Tapi untuk radioterapi dengan teknik mutakhir, pasien kanker tak perlu jauh-jauh berobat ke Singapura, karena sejak 28 April 2011 lalu, rumah sakit Indonesia sudah memiliki pesawat Linear Accelerator dengan kemampuan teknik Rapid arc.
"Pesawat Linear Accelerator dengan teknik Rapid arc atau volumetric arc therapy adalah relatif baru dan pertama di Indonesia. Alat ini baru ada satu-satunya di Indonesia, hadir di MRCCC," papar Dr. Fielda Djuita, SpRad (K) Onk, spesialis radiasi onkologi MRCCC Siloam Hospitals, saat acara seminar 'Deteksi Dini dan Teknologi Baru dalam Terapi Kanker' di MRCCC Siloam Hospitals, Jakarta, Jumat (24/6/2011).
Menurut Dr Fielda, teknik radioterapi mutakhir ini memungkinkan radiasi dengan satu putaran gantry mengelilingi tubuh pasien, sehingga memberikan banyak keuntungan bagi pasien.
Dr Fielda menyebutkan keuntungan teknik radioterapi ini antara lain:
- Dosis yang diberikan lebih homogen
- Dapat dibentuk sesuai organ yang diradiasi
- Menghindari jaringan sehat sekitar sel tumor atau kanker
- Waktu radiasi lebih singkat sehingga mencegah perubahan posisi pasien dan mengurangi efek samping
- Secara radiobiologi lebih menguntungkan dan efek samping jauh lebih kecil dibandingkan teknik lainnya.
"Sekarang nggak perlu jauh-jauh ke Singapura, di Indonesia alat ini sudah ada. Harganya juga lebih murah dibandingkan ke Singapura. Dan pasien juga nggak perlu menghabiskan banyak uang untuk biaya hidup dan transportasi yang mahal di Singapura. Kita punya alat dan ahlinya disini, ngapain jauh-jauh kesana," lanjut Dr Fielda yang juga berpraktik di RS Kanker Dharmais.
Berbeda dengan teknik konvensional yang biasa dilakukan, teknik Rapid arc ini langsung menargetkan sel kanker sesuai dengan bentuknya, sehingga bisa digunakan untuk meradiasi sel kanker yang kecil dan sulit dijangkau tanpa mengenai sel sehat disekitarnya.
"Dengan harga 45 persen lebih mahal dibandingkan teknik radioterapi lainnya, teknik Rapid arc ini memberikan akurasi sampai 95,5 persen lebih besar. Dan sangat baik dilakukan untuk sel kanker dengan ukuran kecil dan sulit dijangkau," lanjut Dr Fielda.
Dr Fielda juga menyampaikan bahwa kebutuhan terapi radiasi di Indonesia sangat banyak. Menurut data Astro (2008), diperkirakan ada 151.800 pasien yang membutuhkan terapi radiasi per tahun, yang mencakup 66 persen dari seluruh pasien kanker.
Namun data tahun 2010 menyebutkan baru ada 14.553 pasien yang terlayani per tahun, yang artinya di Indonesia tidak sampai 10 persen pasien kanker yang terlayani mendapatkan terapi radiasi.
"Pasien yang butuh terapi radiasi itu banyak, kadang harus mengantre sampai 6 bulan, ya keburu kankernya menyebar kemana-mana. Jadi dengan adanya alat ini kita membantu banyak pasien kanker," jelas Dr Fielda.
Sejak mulai beroperasi sejak bulan April 2011, Dr Fielda mengatakan hingga sekarang sudah ada sekitar 35 pasien yang melakukan terapi radiasi dengan Linac arc ini, yang rata-rata adalah pasien dari luar negeri.
"Kita belum Grand Opening jadi mungkin belum banyak orang yang tahu. Tapi izin sudah ada dan kita sudah bisa beroperasi. Jadi nggak perlulah jauh-jauh ke Singapura kalau mau terapi radiasi Rapid arc, disini juga ada, biaya juga lebih murah," tutur Dr Fielda.
Alat Diagnosa Baru
Selain Linac Rapid arc, teknologi baru lainnya yang sudah ada di Indonesia adalah PET-CT (Positron Emission Tomography-Computed Tomography). Berbeda dengan Rapid arc, PET-CT adalah alat baru untuk diagnosis dini, deteksi dan monitoring terapi kanker.
"Secara komprehensif, PET-CT dapat memberikan informasi dan diagnosa yang tepat dari kanker, deteksi dini akan terulangnya penyakit kanker dan monitoring terapi," jelas Dr Eko Purnomo, SpKN, spesialis kedokteran nuklir dari RS MRCCC.
PET-CT dapat mendeteksi secara tepat penyebaran kanker guna menentukan metode penyembuhan yang tepat untuk pasien. Keunggulan lain, gambar yang dihasilkan dapat menjelaskan seluruh sistem atau fungsi organ dalam tubuh.
"PET-CT aman digunakan dimana hasil studi mendapatkan bahwa eksposure radiasinya sama dengan X-ray CT," tutup Dr Eko.
Source: Merry Wahyuningsih - detikHealth
Gamma Ray http://www.flucard.blogspot.com
1 komentar:
Posting Komentar