Minggu, 14 November 2010

"Gamma Knife" Atasi Tumor Tanpa Operasi

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/11/12/1351326620X310.jpg

Dalam waktu dekat, di Indonesia akan hadir peralatan kedokteran canggih bernama gamma knife. Alat berteknologi mutakhir ini dapat mengobati tumor yang sulit dideteksi tanpa operasi.
    
"Saat ini peralatan gamma knife belum ada di Indonesia karena harganya mahal sehingga penderita tumor terpaksa berobat ke luar negeri," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH) Karawaci Prof Dr Eka Julianta Wahjoeparmono di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/11/2010).

Di sela-sela seminar internasional bedah saraf yang diikuti 210 peserta dari mancanegara di Nusa Dua itu, Eka menyatakan bahwa tahun depan UPH berencana membeli peralatan kedokteran seharga sekitar 6 juta dollar AS itu. UPH rencananya akan menggandeng rekanan dari Negeri Paman Sam.

Menurutnya, gamma knife dapat menolong pasien penderita penyakit tumor pada kepala yang sulit untuk dideteksi, termasuk dengan operasi, karena keterbatasan alat. "Penggunaan alat itu bisa dilakukan dengan cara ditembakkan menggunakan sinar," ujarnya.

Presiden Organisasi Bedah Syaraf Asia dan Oceania itu juga menyayangkan banyaknya penderita tumor yang berobat ke luar negeri dengan biaya yang mahal, padahal dapat diatasi para ahli bedah saraf di Indonesia bila alat itu ada.

Sebagai contoh, untuk operasi tumor yang sulit dideteksi, warga Indonesia harus mengeluarkan uang mencapai Rp 130 juta bila berobat ke Singapura dan Rp 75 juta jika ke Taiwan.

"Memang tidak semua penderita tumor atau penyakit saraf lainnya berobat ke luar negeri. Ada juga yang di dalam negeri. Di Rumah Sakit Siloam, Karawaci, tempat saya praktik, menangani sekitar 300 pasien per tahun," katanya.

Ia juga menjelaskan, berdasarkan kajian, penggunaan gamma knife dapat mengurangi penderita penyakit gila yang diderita pasien.

Menurut dia, sumber daya manusia bidang kedokteran bedah saraf di Indonesia tidak kalah dengan luar negeri, hanya peralatannya yang tebatas. 

Eka juga mengatakan, saat ini cukup banyak pasien gangguan saraf dari luar negeri, seperti Singapura, Hongkong, Malaysia, Belanda, Kanada, Swiss, dan Amerika Serikat menjalani operasi dan perawatan di RS Siloam Karawaci dengan biaya relatif murah.

"Biaya di kota cukup murah. Untuk pengobatan pasien yang sarafnya terjepit misalnya hanya Rp 60 juta, sementara di Singapura mencapai Rp 400 juta," ujarnya.

Demikian pula bila ada pasien menderita pecah pembuluh darah di otak. Jika berobat ke Amerika, maka dana yang dibutuhkan sebesar Rp 250 miliar. Namun, biaya itu di RS Siloam hanya Rp 500 juta.
Kompas.com

Tidak ada komentar: