Sabtu, 16 April 2011

Diragukan, Gajah Hanya Deteksi Tsunami



Direktur Eksekutif Yayasan Komunitas Siaga Tsunami (Kogami) Indonesia, Patra Rina Dewi, menilai, belum saatnya kebun binatang mini untuk mendeteksi tsunami dibangun di Sumatera Barat. 

"Apabila kebun binatang mini tetap dibangun, menunjukkan Pemerintah Provinsi Sumbar belum mempunyai prioritas kebijakan untuk mitigasi bencana gempa dan tsunami," kata Patra di Padang. Kogami bergerak di bidang mitigasi gempa dan tsunami.

Ia menyampaikan hal itu menanggapi rencana Pemerintah Provinsi Sumbar membangun kebun binatang mini untuk mendeteksi gempa dan tsunami di Padang. Ide pembangunan tersebut atas usulan dari Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Basrori Kiran kepada Gubernur Sumatra Barat.

Menurut dia, sebelum dana untuk pembangunan kebun binatang mini itu dikucurkan pemerintah, sebaiknya digunakan untuk penelitian terhadap binatang-binatang yang sudah ada di Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) di Bukittinggi.

Ia menambahkan, jika kebun binatang mini dibangun, dana akan tersedot untuk pembersihan lahan, pembuatan kandang, penyediaan hewan, perawatan hewan, pelatih hewan, penjaga hewan dan sarana pendukung lainnya.

Sementara binatang-binatang yang telah berada di TMSBK Bukittinggi saat ini tidak terawat dan sangat memprihatinkan kondisinya, tegas Patra. Di sisi lain, katanya, Kogami menghargai perhatian pemerintah untuk melepaskan gajah di Kota Padang sebagai alternatif peringatan dini tsunami.    

Namun, lanjutnya, sampai saat ini belum ada hasil kajian khusus mengenai tingkah laku hewan yang bisa dikaitkan dengan bencana tertentu. Jadi, gajah misalnya, masih diragukan merespons pada gejala tsunami saja.

Ia menjelaskan, setiap hewan punya insting untuk menyelamatkan diri dari berbagai ancaman, t
idak hanya dari bencana tapi dari seluruh ancaman termasuk predator dan kehadiran benda asing. 

Untuk penelitian perilaku hewan ini akan membutuhkan waktu yang sangat panjang sampai akhirnya ditemukan hewan yang benar-benar mampu menjadi petunjuk untuk terjadinya suatu bencana tertentu.

Kogami khawatir, sosialisasi terlalu dini mengenai perilaku hewan justru memicu rasa panik masyarakat karena hewan akan merespons segala gerakan yang dirasakan sebagai ancaman.
"Di samping itu belum ditemukan sebuah jurnal pun yang dengan pasti menerangkan perilaku hewan berkorelasi dengan satu bencana saja," katanya.

Source : ANT

http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: