Sabtu, 23 April 2011

Kena Kanker Kulit Akibat Hobi Coklatkan Kulit di Tanning Salon


Kulit coklat seperti Jennifer Lopez dianggap sebagai kulit yang sempurna karena terlihat eksotik, sehat dan awet muda. Demi mendapatkan kulit coklat, banyak perempuan di kota-kota besar berjemur di studio penyinaran atau tanning salon (sunbed). Seiring dengan maraknya tanning salon makin tinggi pula kejadian perempuan terkena kanker kulit (melanoma) terutama pada remaja putri.

Tanning salon atau sunbed adalah fasilitas penyinaran kulit di dalam studio. Tanning salon menjadi lebih mudah dilakukan dan bisa mengatur kadar kecoklatan kulit yang dinginkan ketimbang berjemur langsung di bawah sinar matahari. Tanning salon marak di belahan dunia barat yang rata-rata berkulit pucat dan terdapat bintik-bintik di kulit sehingga bisa disamarkan jika kulit berwarna coklat.

Orang yang akan mencoklatkan kulit di tanning salon akan masuk ke sebuah ruangan atau kotak untuk disinar selama 5-30 menit. Jika pertama kali datang biasanya hanya disinar selama 5 menit baru kemudian meningkat maksimal hingga 30 menit. Namun rata-rata penyinaran dilakukan selama 20 menit. Lamanya waktu penyinaran ini karena menurut penelitian sebenarnya jumlah sinar matahari yang dibutuhkan per hari itu sama dengan 10 menit tanning.

Saat disinar, konsumen tidur dalam kotak yang terdapat 24-60 lampu neon dengan daya sekitar 100-200 watt. Lampu berdaya tinggi ini dirancang untuk memancarkan radiasi sinar ultraviolet A (97%) dan ultraviolet B (3%). Setelah 4 kali penyinaran biasanya kulit baru terlihat sempurna coklatnya. Tapi tanning ini harus dilakukan rutin, karena regenerasi kulit akan membuat kulit asli kembali keluar.

Kejadian kanker kulit di Inggris telah melonjak tiga kali lipat dalam 30 tahun terakhir pada orang muda usia 15-34 tahun. Kejadian itu dipicu dengan tingginya minat orang berjemur saat musim panas atau melakukan pencoklatan kulit di studio atau tanning. Badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2009 mengklasifikasikan indoor tanning sebagai kegiatan yang bisa memicu risiko kanker kulit.

Seperti yang dialami seorang remaja 17 tahun asal Billingham, Teesside Inggris yang didiagnosa terkena kanker kulit. Setelah ditelusuri riwayatnya, si gadis remaja ini ternyata hobi mencoklatkan kulit di tanning salon sejak ia berusia 12 tahun. Saat ini si gadis di rawat di rumah sakit karena kankernya sudah dalam tahap ganas.

Padahal Inggris sendiri sudah melarang tanning di bawah usia 18 tahun. Namun yang terjadi salon-salon tersebut kerap tidak menanyai usia remaja yang ingin melakukan tanning dengan menunjukkan bukti diri. Asal mengaku usia 18 tahun, salon bersedia melakukan tanning.

"Ada bukti kuat yang menghubungkan sunbeds (tanning) dan kanker kulit. Maka itu larangan minimal usia 18 tahun harus ditegakkan untuk melindungi anak-anak dari pengaruh negatif sunbeds," kata Sarah Wiilnough dari Cancer Research UK.

Radiasi sinar ultraviolet sangat berbahaya karena bisa menembus kedalaman kulit, maka itu remaja yang baru tumbuh tidak disarankan melakukan tanning. "Melakukan tanning sebelum usia 35 tahun dapat meningkatkan risiko melanoma (kanker kulit) 75 persen dan wanita dua kali lebih besar terkena kanker kulit dibanding pria," kata Sara Hiom, Direktur Informasi Kesehatan SunSmart UK yang selalu mengampanyekan kanker kulit.

Tanning sebenarnya digunakan untuk mengobati beberapa penyakit kulit seperti psosiaris, eksim yang memerlukan terapi sinar ultraviolet B. Penyinaran kulit untuk penyakit ini efektif karena bisa menyamarkan kulit yang terlihat belang. Tanning diklaim bermanfaat untuk menambah vitamin D pada tubuh. Namun pancaran sinar ultraviolet yang berlebihan dalam bentuk apa pun tetap bisa memicu risiko kanker kulit.

Source : Irna Gustia - detikHealth

Gamma-Ray ; http://flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: