Jumat, 15 April 2011

Sindrom Jerusalem, Gila Setelah Ziarah


Jerusalem merupakan kota suci bagi 3 agama di dunia. Tapi ternyata seseorang yang terlalu gembira atau semangat mengunjungi tempat tersebut bisa mengalami gangguan jiwa yang dikenal dengan Jerusalem Syndrome.

Salah satu contoh nyata atau kasus dari Jerusalem syndrome dialami oleh David Koresh, yaitu pendiri sekte Branch Davidian yang terlibat dalam insiden Waco. Ia melakukan kunjungan ke Israel untuk membaptis ulang dirinya.

Koresh melakukan perjalanan ke Jerusalem pada tahun 1983, sekaligus menjadi titik balik dalam hidupnya. Selama perjalanan tersebut ia mulai menderita delusi bahwa dirinya adalah seorang nabi.

Delusi ini tidak lazim dikalangan wisatawan, pengunjung atau peziarah dari tanah suci tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan secara ekstensif di Beersheva Mental Health Center, diketahui bahwa Koresh menderita Jerusalem syndrome.

Kisah lainnya adalah seorang perempuan berusia 35 tahun yang melakukan tur ke Jerusalem bersama kelompok agamanya. Setelah 3-4 hari tidak tidur tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang Virgin Mary (Maria sang perawan) dan berjalan keluar dari kamar hotelnya dengan mengenakan kain putih serta mulai melakukan khotbah.

Serangan ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan kemungkinan berhubungan dengan kelebihan beban psikologis terhadap sejarah dan agama yang terkait dengan kota tersebut. Kondisi ini biasanya memicu seseorang yang memiliki masa kecil sangat religius atau memiliki pemberontakan terhadap keimanannya.

"Sekitar 30-40 wasatawan masuk ke rumah sakit dengan perilaku yang sama, tapi biasanya hanya sedikit saja yang benar-benar didiagnosis sebagai Jerusalem syndrome," ujar DR Gregory Katz, kepala unit gawat darurat di Givat Shaul Mental Health Centre, seperti dikutip dari Reuters.

Dr Katz mengungkapkan bahwa hal ini sangat jarang terjadi dan beberapa orang yang mengalaminya tidak memiliki masalah kejiwaan sebelumnya. Kondisi ini biasanya terjadi pada perjalanan pertama seseorang ke tanah suci dan melihat pertemuan antara Jerusalem yang nyata dengan Jerusalem yang berada di dalam Alkitab.

"Gangguan ini biasanya akan mencapai puncaknya saat Natal dan Paskah, yang mana akan banyak wisatawan yang datang berkunjung dan mengelilingi tempat-tempat suci," ujar Victor Wadhawkar yang pernah menjadi polisi pariwisata Israel selama 14 tahun.

Seperti tertuang dalam British Journal of Psychiatry pada tahun 2000, sindrom ini biasanya dimulai dengan adanya hasutan atau perasaan bergejolak dan dorongan untuk mengunjungi sebuah kota sendiri dan berakhir dengan adanya kebutuhan untuk menyampaikan khotbah di suatu tempat suci atau kudus.

Sementara itu Dr Yair Bar-El menuturkan beberapa gejala dari Jerusalem syndrome adalah
1.      Memiliki rasa cemas
2.      Berkeinginan untuk meninggalkan kelompok tertentu dan pergi ke daerah di sekitar Jerusalem seorang diri Terobsesi untuk melakukan pembersihan diri
3.      Menggunakan kain putih yang terbuat dari kain atau seprai tempat tidur
4.      Bernyanyi atau berteriak ayat-ayat suci dari Alkitab atau lagu religius
5.      Menyampaikan khotbah di suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat suci.

Cara terbaik untuk membantu seseorang yang terkena Jerusalem syndrome adalah mengeluarkan pasien dari kota tersebut dan mengembalikannya ke keluarga.

Beberapa orang yang mengalami sindrom ini bisa kembali normal dan menjalani hari-harinya tanpa ada penyakit mental yang mengikutinya.

Sindrom ini biasanya terjadi sekitar 5-7 hari. Namun pada pasien yang memiliki gejala cukup parah, biasanya dokter akan memberikan obat antispikotik ringan atau obat penenang.

Source : Vera Farah Bararah – detikHealth

http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: