Selasa, 12 April 2011

Terkubur 2.500 Tahun, Otak Masih Utuh



Penemuan otak pada tengkorak berusia lebih dari 2.500 tahun di Heslington Timur, Inggris, mengejutkan dunia. Para ahli organ selama ini yakin, otak merupakan bagian tubuh yang paling cepat rusak dan menjadi cairan sesudah meninggal. Penyebabnya, tingginya kandungan lemak.

"Otak Heslington" itu diteliti tim Universitas Bradford, Inggris, sejak ditemukan tahun 2008. Sonia O'Connor, pimpinan peneliti, mengatakan, otak itu berasal dari tahun 673-482 sebelum Masehi, milik pria berusia 26-45 tahun yang mati digantung atau dipenggal kepalanya.

Tak ada tanda pengawetan seperti pada mumi. Diperkirakan, otak itu segera dikubur dalam tanah basah setelah kematian. Tanah basah membuat oksigen tak bisa masuk sehingga menghindari pembusukan. Kemungkinan lain, pemilik otak punya penyakit tertentu atau ada perubahan fisiologis tubuh yang memengaruhi otak, misalnya kelaparan sebelum mati.


Rahasia Otak Awet Dikubur 2.500 Tahun

Para ilmuwan sepertinya sudah mulai dapat mengungkapkan alasan otak yang ditemukan di Inggris dapat bertahan selama 2.500 tahun dalam lumpur. Jo Buckberry, arkeolog dari University of Bradford yang terlibat dalam studi mengungkapkan bahwa penguburan yang segera dilakukan merupakan salah satu alasan.

Otak terkubur dalam tanah liat basah yang tebal. "Selain itu, kondisi oksigen yang sangat minimal dalam tanah juga membuat otak lebih awet," katanya.

Suhu yang rendah memperlambat enzim yang mengurai jaringan otak, sementara sedikitnya oksigen dalam tanah mengurangi aktivitas mikroba. Demikian ditambahkan oleh Matthew Collins, arkeolog dari University of York.

Tengkorak didapati tanpa tubuh. Hal ini juga diperkirakan menyebabkan otak tetap utuh. "Saat orang dikubur, bakteri menyebar menggunakan darah lewat saluran pencernaan dan memakan jaringan-jaringan di sekitarnya. Dalam kasus ini, darha sudah kering dari kepala dan sudah tidak terhubung dengan saluran pencernaan," Collins menjelaskan.
Collins mengakuti, teori-teori tersebut masih belum dapat dijelaskan dengan sempurna. "Ada sesuatu yang belum kami pahami," katanya. Fenomena ini akan diselidiki lebih lanjut menggunakan kepala babi yang ditanam di sekitar situs tempat otak ditemukan untuk melakukan simulasi.

Para arkeolog asal York menemukan otak itu pada tahun 2008 masih dalam keadaan yang baik. Berdasarkan studi, para peneliti tidak mendapati adanya bahan kimia yang dipakai untuk pengawetan. Mereka juga tidak menemukan tanda-tanda pembalseman dan pengasapan. "Sebagian besar massa otak masih ada, meskipun volumenya sedikit berkurang karena kehilangan air," Collins menjelaskan kondisi otak.

Otak itu diperkirakan milik pria berusia antara 26 dan 45 yang digantung dan dipenggal dalam suatu ritual. Tengkoraknya ditemukan dengan rahang dan tulang leher utuh, menunjukkan kepala dikubur sesegera mungkin.

Source : National Geographic Indonesia/Alex Pangestu

http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: