Minggu, 09 Januari 2011

Toksin Botolinum Memperbaiki Keluhan Gatal

http://www.flucard.blogspot.com
Gatal (pruritus), sensasi yang tidak menyenangkan yang memicu keinginan untuk menggaruk, merupakan gejala dominan dari berbagai penyakit kulit. Gatal juga dapat timbul pada beberapa penyakit sistemik seperti gagal ginjal dan hati. Kondisi gatal kronik sering dijumpai dan mempunyai dampak yang bermakna pada kualitas hidup pasien serta biaya perawatan. Kondisi seperti ini sulit untuk ditatalaksana dan terapi yang ada hanya efektif sebagian disertai efek samping yang tidak diinginkan.
Banyak substansi endogen yang dipertimbangkan merupakan mediator gatal, contohnya histamin, protease, opioid, metabolit peroksidasi lipid seperti leukotrien, neuropeptida seperti substansi P, sitokin dan nerve growth factor. Substansi tersebut secara langsung menstimulasi/mensensitisasi gatal dengan mediasi ujung saraf sensorik atau dengan bekerja pada sel mast. Saat ini eksitasi neuron sensorik yang disebabkan oleh histamin dan aktivasi proteinase-activated receptor seperti PAR-2 melibatkan aktivasi/sensitisasi transient receptor potential vanilloid (TRPV) 1. Toksin botulinum tipe A, yang merupakan neurotoksin klostridial, telah digunakan untuk terapi berbagai kelainan meliputi kondisi dermatologi seperti hiperhidrosis. Beberapa studi juga telah menunjukkan bahwa toksin botulinum tipe mempunyai efek antipruritus. Sebagai contoh, injeksi toksin botulinum tipe A subkutan dapat memperbaiki gejala eksema tangan dan dermatitis yang dikaitkan dengan skor gatal, liken simpleks yang ditandai dengan pruritus lokal yang hebat, dan juga rinitis yang disertai dengan gatal. Dasar pemikiran penggunaan toksin botulinum untuk mengatasi gatal adalah penemuan bahwa asetilkolin memediasi gatal pada dermatitis atopik, dan kenyataan bahwa toksin botulinum tipe A menghambat pelepasan asetilkolin dari vesikel presinaps. Injeksi toksin botulinum juga menghambat pelepasan beberapa substansi lain seperti substansi P dan glutamat yang terlibat dalam terjadinya gatal.
Salah satu studi pengunaan toksin botolinum adalah studi yang dilakukan oleh Gazerani P., dkk. dalam The British Journal of Dermatology tahun 2009. Studi tersebut bertujuan untuk menilai efek injeksi toksin botulinum tipe A subkutan pada gatal yang disebabkan oleh histamin pada kulit manusia. Studi dilakukan secara buta ganda dengan kontrol plasebo pada 14 pria sehat berusia rata-rata 26,3 tahun yang mendapat toksin botulinum tipe A atau salin isotonik pada pada salah satu lengan atas. Uji cukit histamin dilakukan 4 kali pada lokasi terapi (sebelum terapi dan hari ke-1, 3 dan 7 setelah terapi). Juga dilakukan pengukuran intensitas gatal (VAS 0-10), luas daerah yang gatal, inflamasi neurogenik (flare), aliran darah (laser Doppler) dan suhu kulit (gambar termografik).
Hasilnya menunjukkan bahwa toksin botulinum tipe A secara bermakna mengurangi intensitas gatal yang disebabkan oleh histamin (p<0,001) dan secara bermakna mengurangi luas daerah yang gatal (p<0,011) dibandingkan dengan salin pada semua waktu pengukuran setelah terapi. Lama gatal juga secara bermakna lebih singkat pada daerah yang diterapi dengan toksin botulinum tipe A (p<0,001) dengan efek maksimal pada hari ke-7. Luas daerah yang gatal secara bermakna lebih kecil pada lengan yang diterapi dengan toksin botulinum tipe A dibandingkan dengan lengan yang diterapi dengan salin pada semua waktu pengukuran setelah terapi (p=0,002). Hasil pengukuran aliran darah (p<0,001) dan suhu kulit (p<0,001) dengan jelas menunjukkan efek supresi toksin botulinum tipe A pada reaksi vasomotor dengan efek maksimal pada hari ke-3 dan 7 setelah terapi.
Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa toksin botulinum tipe A mengurangi intensitas gatal, aliran darah dan inflamasi neurogenik dalam respon terhadap histamin pada kulit manusia. Penemuan tersebut dapat diaplikasikan dalam terapi beberapa kondisi gatal yang sulit diterapi dengan terapi konvensional
http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: