Minggu, 09 Januari 2011

Suplementasi Zat Besi Memperbaiki Perkembangan Mental pada Anak-Anak 9 Januari 2011

http://www.flucard.blogspot.com
Studi mengenai hubungan antara malnutrisi pada bayi dengan perkembangan kognitif bayi telah banyak diteliti. Dari beberapa studi yang telah dilakukan memperlihatkan adanya hubungan antara anemia defisiensi besi terhadap pertumbuhan bayi. Namun, hasil yang ada pada berbagai studi tersebut tidak dapat menyimpulkan secara pasti.
Beberapa faktor yang mendasari para ahli mencoba mencari hubungan antara anemia dengan pertumbuhan anak adalah: (1) prevalensi anemia defisiensi besi paling banyak pada umur 6-24 tahun. Pada periode ini, otak berkembang dengan cepat dan fungsi motorik dan kognitif mulai berkembang. (2) Adanya konsentrasi besi yang tinggi pada beberapa area di otak (substansia nigra, globus pallidus, nukleus kaudatus, nukleus rumbra, dan putamen) dan adanya besi pada jaringan otak pada masa perkembangan cepat sistem saraf mengindikasikan hubungan antara besi dan proses neurofisiologi dari tingkah laku. (3) Terdapat kesulitan mengembalikan kadar besi otak pada hewan yang mengalami kekurangan besi semasa perkembangan otak meskipun diterapi dengan besi.
Untuk memastikan hipotesa peranan besi terhadap perkembangan otak dan tingkah laku tersebut, Feyza C. dkk. yang dipublikasikan dalam Journal of Pediatric Psychology tahun 2010, mencoba melihat hubungan antara gangguan tingkah laku dengan status besi pada anak. Dari 185 anak dengan defisiensi besi berat kronis dan anak sehat yang berumur 5-14 tahun diamati selama 19 tahun. Hasil yang didapatkan adalah gangguan tingkah laku lebih tinggi ditemukan pada kelompok dengan status besi yang rendah dibandingkan kelompok dengan status gizi normal. Defisiensi besi dapat memprediksi gangguan tingkah laku setelah periode waktu tertentu, khususnya pada anak dengan aktivitas fisik yang rendah. Setelah memasuki masa pubertas, remaja dengan defisiensi besi tidak dilaporkan mengalami gangguan. Pada studi ini disimpulkan bahwa status besi pada anak memiliki hubungan dengan gangguan tingkah laku dan mungkin dapat digunakan untuk memperkirakan resiko terjadinya gangguan tingkah laku setelah jangka waktu yang panjang.
Sedangkan dari hasil meta-analisis yang dilakukan oleh Sachdev HPS, Gera T, Nestel P dengan 17 studi RCT menunjukkan bahwa suplemen besi meningkatkan skor perkembangan mental pada anak secara bermakna (0,3 SD, ekuivalen dengan 1,5-2 unit dari skala 100); peningkatan ini ditemukan lebih besar pada subjek yang mengalami anemia atau defisiensi besi, dengan durasi yang lebih panjang (>1 bulan) dan umur yang lebih tua (>2 tahun). Akan tetapi, pada studi ini terdapat perancu dimana sebagian menyertakan asam folat dalam suplemen besi.
Kesimpulan dari studi tersebut menunjukkan bahwa anak dengan status besi yang kurang kurang memiliki resiko terjadinya gangguan tingkah laku yang lebih tinggi dibandingkan anak dengan status besi normal. Suplementasi besi mungkin memiliki peranan dalam perkembangan otak dan pencegahan terjadinya gangguan tingkah laku.
http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: