Minggu, 09 Januari 2011

Selenium Bermanfaat Untuk Proteksi Kejadian Dislipidemia pada Kaum Laki-laki

http://www.flucard.blogspot.com
Selenium merupakan trace element esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan sintesis protein. Studi sebelumnya juga telah menunjukkan peran preventif selenium pada risiko diabetes. Selenium merupakan komponen utama dari beberapa selenoprotein fungsional (seperti glutation peroksidase, tioredoksin reduktase, iodotironin deiodinase dan selenoprotein P) yang melindungi jaringan dan membran dari stres oksidatif dan mengontrol status redoks sel.
Dari studi-studi in vitro dan in vivo yang lebih baru, selain mempunyai manfaat seperti di atas selenium ternyata memberikan manfaat meningkatkan sensitivitas insulin dengan kerja mirip insulin. Kerja mirip insulin dari selenium adalah memicu ambilan glukosa dan meregulasi proses metabolisme seperti glikolisis, glukoneogenesis, sintesis asam lemak dan jalur pentosa fosfat. Mekanisme dimana selenium mampu meniru insulin tidak jelas, namun dilaporkan bahwa selenium mengaktivasi protein utama yang terlibat dalam kaskade sinyal insulin.
Studi epidemiologi menemukan bahwa kadar selenium serum pada pasien diabetes ternyata lebih rendah dibanding subyek yang sehat, dan dari hasil Health Professionals Follow-up Study, konsentrasi selenium pada kuku jari kaki lebih rendah pada pria diabetes dibanding non-diabetes. Namun, the National Health and Nutrition Examination Survey menunjukkan bahwa konsentrasi selenium serum yang lebih tinggi dikaitkan dengan prevalensi diabetes yang lebih tinggi, glukosa plasma dan kadar HbA1c yang lebih tinggi.
Karena hasil yang kontroversi tersebut, maka dilakukan suatu studi kohort yang menilai kaitan antara konsentrasi selenium plasma basal dengan kejadian diabetes tipe 2 pada pria dan wanita Perancis berusia lanjut selama 9 tahun.
Studi Epidemiology of Vascular Ageing (EVA) tersebut dilakukan oleh Akbaraly TN., dkk. terhadap 1389 orang berusia 59-71 tahun yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrition & Metabolism tahun 2010, yang dalam studi tersebut dilakukan pengukuran kadar glukosa puasa saat basal, setelah 2, 4 dan 9 tahun studi. Analisis dilakukan pada 1162 peserta dengan data yang lengkap.
Hasilnya menunjukkan bahwa kadar selenium plasma basal rata-rata 1,08 (0,21) mmol/L pada pria dan 1,10 (0,20) mmol/L pada wanita. Selama 9 tahun follow-up, terjadi 127 kasus disglikemia. Interaksi yang bermakna ditemukan antara selenium plasma dan jenis kelamin. Risiko disglikemia secara bermakna lebih rendah pada pria dengan kadar selenium plasma yang tinggi (sepertiga tertinggi (T3): 1,19-1,97) dibanding dengan selenium plasma yang rendah (sepertiga terendah (T1): 0,18-1,00), [T3 vs T1, HR (hazard ratio): 0,48 (0,25-0,92)],  tetapi tidak ada kaitan secara bermakna pada wanita. Setelah faktor sosio-demografik, gaya hidup, penyakit kardiovaskular, indeks massa tubuh, hipertensi dan profil lemak dikontrol, kadar selenium plasma masih sedikit dikaitkan dengan kejadian disglikemia pada pria [T3 vs T1, HR:0,50 (0,24-1,04)] dan tidak pada wanita.
Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa selenium memberikan efek proteksi yang spesifik terhadap jenis kelamin laki-laki, dan kadar selenium basal yang tinggi memberikan perlindungan terhadap kejadian disglikemia yang akan datang.
http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: