Minggu, 27 Maret 2011

Antibiotik Bisa Berbalik Dari Menyembuhkan Jadi Membahayakan


Antibiotik mampu membunuh bakteri penyakit. Tapi penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa membuat antibiotik dari obat yang menyembuhkan menjadi obat yang membayakan.

Antibiotik bisa jadi adalah obat yang paling sering diresepkan oleh para dokter, tapi sayangnya banyak yang tidak tepat pemberiannya. Waspadai ancaman penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

Prof Iwan Dwiprahasto selaku guru besar farmakologi UGM menuturkan penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa membahayakan kesehatan masyarakat secara global maupun individu. Bentuk penyalahgunaannya cukup beragam mulai dari tidak tepat memilih jenis antibiotik hingga cara dan lamanya pemberian.

"Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat serta waktu pemberian yang terlalu singkat atau terlalu lama akan menimbulkan masalah resistensi yang cukup serius," ujar Prof Iwan dalam acara workshop jurnalis kesehatan di gedung FISIP UI, Depok.

Senada dengan Prof Iwan, perwakilan World Health Organization Dr Sharad Adhikary juga menuturkan antibiotik memang obat yang telah menyelamatkan banyak jiwa, tapi tidak bisa menyembuhkan semua macam penyakit. Antibiotik hanya dapat menyembuhkan penyakit akibat infeksi bakteri.

Antibiotik kerap dibeli tanpa resep dan tanpa penjelasan, masyarakat biasanya membeli antibiotik dengan menggunakan resep sebelumnya. Padahal antibiotik harus melalui resep dan berdasarkan indikasi yang muncul.

"Jika digunakan berlebihan, bakteri bisa bermutasi sehingga jadi kebal. Jika semua kebal maka bisa menimbulkan superbug dan bisa-bisa nantinya kita kembali ke era sebelum ada antibiotik," ujar Dr Sharad.

Dr. Sharad menuturkam masalah kekebalan terhadap antibiotik bukanlah masalah baru, tapi lama kelamaan semakin mengkhawatirkan dan berbahaya. WHO pada tahun 1998 telah mulai meminta negara-negara anggotanya untuk mengatasi masalah hal ini.

Infeksi virus seperti demam, flu, batuk pilek, radang tenggorokan dan beberapa infeksi telinga merupakan infeksi yang tidak boleh diobati dengan antibiotik. Hal ini karena antibiotik membunuh bakteri dan tidak membunuh virus.

Antibiotik membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang peka. Tapi kadang salah satu bakteri dapat bertahan hidup karena mampu menetralisir atau menghindar dari efek antibiotik. Bakteri yang semula hanya peka bisa menjadi kebal melalui perubahan genetik di dalam selnya sehingga menjadi resisten terhadap antibiotik.

Untuk menghindari penyalahgunaan antibiotik, ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu:
Gunakan antibiotik hanya dengan resep dokter, dengan dosis dan jangka waktu sesuai resep.
Tanyakan pada dokter obat mana yang mengandung antibiotik dan apa manfaatnya.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa menurunkan efektifitas.
Demam, batuk, pilek dan diare umumnya tak perlu antibiotik. Hanya perlu makan makanan bergizi, minum dan istirahat. Jika dalam waktu 3 hari tidak sembuh, segera pergi ke dokter.
Jangan gunakan atau beli antibiotik dari dokter atau menggunakan resep yang lama.
Penggunaan antibiotik yang sembarangan bisa merugikan diri sendiri.
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik.
Memperbaiki perilaku tentang penggunaan antibiotik.
Mencegah dan menghindari penggunaan antibiotik yang berlebihan atau justru kurang.

"Masyarakat sebaiknya tidak mengobati diri sendiri, dan jangan mengonsumsi obat yang tidak diperlukan serta minumlah obat sesuai dosisnya," ujar Dr Sharad.
Source: health.detik

http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: