Rabu, 09 Maret 2011

Viagra Sembuhkan Kaki dan Tangan yang Selalu Dingin


Viagra dikenal sebagai obat untuk mengatasi disfungsi ereksi (impoten) pada pria. Tapi bagi seorang wanita di Cheshire, Inggris, Viagra adalah solusi efektif untuk mengobati serangan dingin yang selalu terjadi pada kaki dan tangannya.

Wanita tersebut adalah Anne Mawdsley (68 tahun) asal Alsager, Cheshire, Inggris. Ia selalu mengalami dingin di bagian kaki dan tangan terutama bila cuaca dingin.

"Kedengarannya seperti ketidaknyamanan kecil, tetapi sakitnya sangat luar biasa. Jari-jariku berubah menjadi merah dan rasanya seperti terbakar," jelas Anne, seperti dilansir Dailymail.

Sebelum penyakitnya memburuk, Anne adalah seorang guru olahraga. Tapi selalu berada diluar ruangan dalam cuaca yang dingin sangat menyiksanya. Kini ia harus rela kehilangan pekerjaannya dan sebagai guru olahraga.

Kondisinya terus memburuk dan Anne benar-benar berjuang untuk dapat merawat kedua putranya yang saat itu masih berumur di bawah 2,5 tahun.

"Rasa sakit itu mencapai puncak pada malam hari dan jari-jari saya akan berdenyut. Saya merasa hancur karena kondisi ini membuat saya tidak bisa tidur," jelas Anne.

Kondisi tersebut kemudian menyebabkan borok pada jari-jari kaki Anne, bahkan satu jarinya mengalami gangrene (matinya jaringan pada bagian tubuh). Dokter menyarankan jari Anne tersebut harus diamputasi.

Anne berhasil menghindari solusi radikal tersebut, tetapi selama 30 tahun terakhir Anne telah berjuang mencari pengobatan yang efektif untuk kondisinya, yang juga menyebar di jari-jari kakinya.

Anne menderita sindrom Raynaud, yaitu gangguan yang dipicu oleh penurunan mendadak suhu tubuh. Pembuluh darah di jari tangan dan kaki mengalami kontraksi dan memotong suplai darah. Hal ini juga dapat mempengaruhi arteri kecil di telinga hidung, dan lidah.

Biasanya, Raynaud menyebabkan jari tangan dan kaki menjadi putih da mati rasa. Kemudian saat aliran darah kembali, tangan yang membiru berubah menjadi merah dan disertai sensai terbakar. Serangan ini dapat berlangsung dari beberapa menit hingga 1 jam.

Ada dua jenis Raynaud. Raynaud primer cenderung terjadi dalam keluarga, umumnya cukup ringan. Kebanyakan pasien dapat mengatasi dengan membungkus jari kaki dan tangan dengan sarung tangan atau kaki yang hangat, meskipun beberapa menyebabkan borok menyakitkan, yang dapat menjadi terinfeksi.

Anne menderita Raynaud bentuk sekunder, yang jauh lebih seruis dan menyakitkan. Raynaud bentuk sekunder biasanya disebabkan oleh penyakit auto-imun seperti skleroderma, yang menyebabkan pengerasan otot, kulit dan organ.

Gejala Raynaud bentuk sekunder biasanya lebih buruk, seperti sirkulasi tidak lancar dan kemungkinan untuk kembali normal sedikit, sehingga pasien dapat mengalami sakit permanen.

"Raynaud telah dicap sebagai kondisi minor yang hanya menyebabkan tangan dingin, tetapi untuk beberapa pasien gejala dan komplikasi dapat mengancam jiwa," papar Profesor Chris Denton, konsultan rheumatologist di Royal Free Hospital, London.

Anne pertama kali didiagnosis dengan Raynaud pada usia 33 tahun. Dalam waktu 1 tahun setelah didiagnosis, dia diberitahu bahwa jari tengah di tangan kirinya harus diamputasi.

"Setelah kondisi tersebut, saya mencoba untuk menemukan obat sendiri. Saya mencoba membalut jari dengan madu, fisioterapi, pijat dan akupunktur," ujar Anne yang tinggal bersama suaminya Harry, seorang pensiunan dosen.

Kondisinya terus memburuk. Ia mengembangkan kesulitan menelan dan kerongkongannya membesar. Ia juga mengembangkan komplikasi termasuk kehilangan kontrol buang air besar, penyakit paru-paru dan tekanan darah tinggi di paru-paru.

Dua tahun yang lalu Anne diundang untuk mengambil bagian dalam persidangan di Royal Free Hospital, dipimpin oleh Profesor Denton. Setelah pertemuan itu, Profesor Denton memintanya menggunakan obat sildenafil disfungsi ereksi yang lebih dikenal dengan Viagra.

Viagra membantu dengan meningkatkan suplai darah ke ekstremitas tubuh.

"Saya tersenyum ketika ditawari Viagra, tetapi karena saya begitu putus asa, saya akan mencoba segala cara," kata Anne.

Dia mengambil tablet tiga kali sehari dan segera melihat perbaikan dalam gejalanya.

"Walaupun mati rasa dan rasa sakit di jari saya tidak hilang sepenuhnya, itu jauh lebih baik dan saya sekarang dapat menggunakan tangan saya untuk melakukan banyak hal, seperti mengetik," katanya.

Dia juga mengaku tidak mengalami efek samping, karena efek Viagra biasanya dapat menyebabkan pusing dan sakit kepala. Ia juga tidak melihat efek sampingnya pada kehidupan seksnya.

"Ini adalah penggunaan diluar label Viagra, yang berarti obat ini tidak berlisensi untuk tujuan ini. Viagra akan dicadangkan untuk mengobati pasien dengan Raynaud atau skleroderma jenis paling parah, yang sudah mencoba perawatan yang lebih konvensional tapi tidak berhasil. Kami tidak menganjurkan obat ini untuk setiap orang," jelas Profesor Denton.

Setelah 35 tahun menderita, Anne sekarang merasa jauh lebih baik. Tahun lalu ia bahkan menyelesaikan sebuah ekspedisi dua hari di Arctic Circle di Finlandia, menahan suhu -32 derajat dan menyumbangkan Rp 398 juta untuk Raynaud’s & Scleroderma Association.

http://www.flucard.blogspot.com

Tidak ada komentar: